Arsip Blog

Selasa, 04 Desember 2018

TEOI BELAJAR SOSIAL BANDURA

Makalah

TEORI BELAJAR SOSIAL BANDURA
(Social learning theory)





OLEH: 
MAHRIFAT ISMAIL
451417011

KELOMPOK 6

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2018



KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah, merupakan satu kata yang sangat pantas penulis ucakan kepada Allah SWT, yang karena bimbingannyalah maka penulis bisa menyelesaikan sebuah makalah tentang ”TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN BANDURA”
Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi di beberapa reverensi dan waktu tertentu sehingga menghasilkan karya yang bisa dipertanggung jawabkan  hasilnya. Saya mengucapkan terima kasih kepada pihak terkait yang telah membantu saya dalam menghadapi berbagai tantangan dalam penyusunan makalah ini. Saya menyadari bahwa masih sangat banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karna itu saya mengundang pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kemajuan ilmu pengetahuan ini. Terima kasih, dan semoga makalah ini bisa memberikan sumbangsih positif bagi kita semua.


                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                Penulis,





DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................................
KATA PENGANTAR ...........................................................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................
1.1 Latar Belakang ...........................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................
2.1 Pengertian Teori Bandura....................................................................................
2.2 Penerapan Teori Pembelajaran............................................................................
2.3 Tujuan Teori Pelajaran ........................................................................................
2.4 Sistem Penilaian Pada Teori.................................................................................
BAB III PENUTUP.........................................................................................................
3.1  Kesimpulan .......................................................................................... .....................
3.2  Saran...................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... .....................


BAB I
PENDAHULUAN

1.1    LATAR BELAKANG
Teori Belajar Sosial menurut Bandura adalah orang belajar dari yang lain, melalui observasi, peniruan, dan pemodelan. Teori ini sering disebut jembatan antara behaviorist dan teori pembelajaran kognitif karena meliputi perhatian, memori, dan motivasi.
Teori Social Learning Theory ini dikembangkan oleh Albert Bandura seorang psikolog kelahiran Mundare, Kanada, 4 Desember 1925. Bandura menerima gelar sarjana muda di bidang psikologi dari University of British of Columbia pada tahun 1949 dan meraih gelar Ph.D tahun 1952 di Universitas Iowa. Pada tahun 1953, ia mulai mengajar di Universitas Stanford. Teori belajar sosial menjelaskan perilaku manusia dalam hal interaksi timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku, dan pengaruh lingkungan. Orang belajar melalui pengamatan perilaku orang lain, sikap, dan hasil dari perilaku tersebut. “Kebanyakan perilaku manusia dipelajari observasional melalui pemodelan yaitu dari mengamati orang lain. Kemudian hasilnya berfungsi sebagai panduan untuk bertindak”.
1.2    RUMUSAN MASALAH
1.      Apa yang dimaksud dengan teori social menurut Bandura ?
2.      Bagaimana penerapan teori pembelajaran menggunakan teori Bandura ?
3.      Apa tujuan dari teori pembelajaran menurut bandura ?
4.      Bagaimana sistem penilaian menurut teori bandura ?

1.3    TUJUAN
1.      Mahasiswa dapat memahami apa yang dimaksud dengan teori Bandura
2.      Mahasiswa dapat mengetahui penerapan teori bandura dalam pembelajaran
3.      Mahasiswa dapat memahami tujuan teori pembelajaran Bandura
4.      Mahasiswa dapat memahami sistem penilaian pada teori Bandura


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Teori Bandura (Social Learning Theory)
Teori Belajar Sosial menurut Bandura adalah orang belajar dari yang lain, melalui observasi, peniruan, dan pemodelan. Teori ini sering disebut jembatan antara behaviorist dan teori pembelajaran kognitif karena meliputi perhatian, memori, dan motivasi.
Teori Social Learning Theory ini dikembangkan oleh Albert Bandura seorang psikolog kelahiran Mundare, Kanada, 4 Desember 1925. Bandura menerima gelar sarjana muda di bidang psikologi dari University of British of Columbia pada tahun 1949 dan meraih gelar Ph.D tahun 1952 di Universitas Iowa. Pada tahun 1953, ia mulai mengajar di Universitas Stanford. Teori belajar sosial menjelaskan perilaku manusia dalam hal interaksi timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku, dan pengaruh lingkungan. Orang belajar melalui pengamatan perilaku orang lain, sikap, dan hasil dari perilaku tersebut. “Kebanyakan perilaku manusia dipelajari observasional melalui pemodelan yaitu dari mengamati orang lain. Kemudian hasilnya berfungsi sebagai panduan untuk bertindak.”
2.1.1 Kondisi yang diperlukan untuk pemodelan yang efektif
Ø  Atensi (perhatian) – bagi seorang individu untuk belajar sesuatu, mereka harus memperhatikan fitur dari perilaku yang dimodelkan. Termasuk kekhasan, afektif valensi, prevalensi, kompleksitas, nilai fungsional. Karakteristik seseorang (kapasitas sensoris misalnya, tingkat gairah, mengatur persepsi, penguatan sebelumnya) juga mempengaruhi perhatian.
Ø Retensi (ingatan) – manusia harus mampu mengingat detail dari perilaku untuk belajar dan kemudian mereproduksi perilaku. Termasuk pengkodean simbolis, gambaran mental, kognitif organisasi, latihan simbolis, latihan motorik.
Ø Reproduksi – dalam mereproduksi perilaku, seseorang harus mengatur tanggapan nya sesuai dengan perilaku model. Kemampuan ini dapat ditingkatkan dengan praktek.
Ø Motivasi – memiliki alasan yang baik untuk meniru. Termasuk motif seperti harapan masa lalu (behaviorisme tradisional), menjanjikan (insentif yang dibayangkan) dan perwakilan (melihat dan mengingat model yang patut ditiru).
Bandura percaya pada “determinisme timbal balik”, yaitu lingkungan memang membentuk perilaku dan perilaku membentuk lingkungan, sedangkan behaviorisme dasarnya menyatakan bahwa lingkungan seseorang menyebabkan perilaku seseorang. Bandura, yang juga mempelajari “kenakalan” remaja, menemukan ini terlalu sederhana, dan di samping itu dia menyarankan bahwa perilaku lingkungan merupakan menyebabkan juga. Kemudian, Bandura segera menganggap kepribadian sebagai interaksi antara tiga komponen yaitu lingkungan, perilaku, dan proses psikologis seseorang.
Teori belajar sosial kadang-kadang disebut jembatan antara behavioris dan teori pembelajaran kognitif karena meliputi perhatian, memori, dan motivasi. Teori ini terkait dengan Social Development Theory and Lave’s Vygotsky dimana  ketika belajar juga menekankan pentingnya pembelajaran sosial.

2.1.2 Konsep-konsep Dasar Social Learning Theory Bandura

Teori ini didasarkan pada fakta bahwa pengetahuan manusia didapat dari manusia lain. Dengan kata lain, apa yang kita tahu didasarkan oleh penjelasan yang diberikan orang lain pada kita. Manusia tentu saja selalu belajar. Dalam hal ini, kita belajar dari orang lain.
Berikut ini cara kita memahami suatu hal menggunakan social learning theory.

2.1.2.1 Harapan

Harapan adalah konsep pertama dalam teori belajar sosial. Harapan, atau ekspektasi, berarti pengetahuan seseorang harus mampu mewujudkan apa yang ia inginkan dari lingkungan, dan kepercayaannya terhadap sesuatu harus sesuai dengan kepercayaan lingkungan.
Kalau kita mengacungkan jempol di Indonesia, Korea, atau Jepang, itu menandakan kita sedang menyatakan setuju, oke, iya, dsb. Namun, kalau kita mengacungkan jempol di Brazil, itu menandakan kita sedang melecehkan orang lain secara seksual.

2.1.2.2 Belajar observasional

Belajar observasional berarti seorang individu mendasari pengetahuannya dengan mengobservasi orang lain di dalam lingkungan. Seorang individu akan mengenali perilaku orang lain, menyesuaikan dengan dirinya, lalu menirukan perilaku tersebut di masyarakat. Semua yang ia ketahui berasal dari perilaku orang-orang di sekitarnya.
Misalnya, kata “pantek”. Kata pantek, di beberapa kota diartikan sebagai pengeboran manual untuk gali sumur. Di beberapa kota di Sumatera, pantek diartikan sebagai makian. Seorang dari Sumatera mungkin akan kaget mendengar kata pantek disebut begitu saja di masyarakat. Namun, bila dia mengobservasi dengan benar, dia akan sadar bahwa kata itu punya makna yang berbeda.

2.1.2.3 Kapabilitas Behavioral

Kapasitas behavioral merujuk pada fakta bahwa pengetahuan seseorang diperlukan untuk mempengaruhi perilakunya. Selagi perilaku orang lain mungkin dapat mempengaruhi kamu, perilakumu tidak akan terpengaruh sampai kamu tau/sadar. Barulah saat sadar, kamu bisa mengubah perilaku agar diterima masyarakat. Seorang anak mungkin tidak sadar bahwa berteriak di dekat orang tua tidak sopan, sampai seseorang menegurnya. Kalau tidak mendapat respon negatif, tentu dia akan terus melakukannya dong. Kan dia nggak sadar. Kalau sudah dikasi punishment/respon negatif, barulah dia berhenti. Ketika seseorang mendapat respon negatif, dia akan tau bahwa perilakunya nggak baik.
Di sinilah kapasitas behavioral bermain.

2.1.2.4 Self-Efficacy/Efikasi Diri

Efikasi diri adalah keyakinan seseorang terhadap dirinya sendiri. Jika seseorang yakin terhadap pengetahuannya, ia akan bertindak berdasarkan pengetahuannya.  Ia akan bertindak bila ia pede dengan tindakannya.
Misalnya mengacungkan jempol tadi. Bila satu orang di Brazil memarahi kamu karena mengacungkan jempol, kamu akan heran dan mulai ragu dengan pengetahuanmu. Kamu jadi ragu untuk mengacungkan jempol lagi. Akhirnya, semakin banyak orang memarahi kamu, kamu jadi tahu bahwa mengacungkan jempol itu salah.

2.1.2.5 Determinisme Resiprokal

Determinisme resiprokal adalah orang saling meniru perilaku saat mereka berinteraksi. Ketika seseorang berada di satu lingkungan, dia akan beradaptasi dengan lingkungan tersebut. Ketika ketemu dosen, mungkin kamu akan bicara mengenai mata kuliah atau tugas. Kamu akan menggunakan kata “saya” dan nada bicara yang rendah.

2.1.2.6 Reinforcement

Reinforcement adalah respon dari orang lain yang dapat memperkuat/melemahkan suatu perilaku. Misalnya, bila seorang perempuan menggunakan pensil alis lalu dia dipuji, maka dia akan meneruskan menggunakan pensil alis. Malah, mungkin pensil alis itu akan dia gunakan juga di bagian kumis dan dagu.
Tapi, kalau dia pakai pensil alis lalu semua orang ngeledek “mirip Shinchan”, mungkin dia akan berhenti menggunakan pensil alis. Sebagai ganti, mungkin dia akan mengoleskan alisnya dengan pensil 2B, lalu komputer mendeteksi wajahnya sebagai kunci jawaban.
2.2 Penerapan Teori Pembelajaran
Penerapan teori Bandura dalam proses pembelajaran pembentukan perilaku dari tidak suka belajar menjadi suka belajar dapat dilakukan melalui banyak cara, diantaranya adalah dengan modeling. Kalau siapapun yang ada di rumah atau di ingkungan anak sudah terbiasa belajar sejak kecil maka hal ini akan diobservasi oleh anak secara terus menerus dalam hidupnya. Kemudian anak ini difasilitasi dengan banyak media baik yang alami maupun buatan untuk mendorong minat belajarnya,misalnya berupa buku bacaan, buku tulis dan kelengkapannya, serta media cetak atau audio visual yang ditata secara menarik di rumah atau kelompok kelompok belajar yang ada. Orang tua atau guru atau pembimbing berperan ganda, sebagai model sekaligus sebagai pamong belajar. Tanpa ada ancaman, hukuman, ketegangan, ketakutan akan membuat anak nyaman, tenang, untuk belajar dengan pamongnya.
Dominansi kasih sayang, kelembutan, contoh yang nyata, kejujuran, kesantunan, pujian, penghargaan, senyuman akan sangat mendorong munculnya perilaku yang diharapkan. Kesinambungan proses seperti ini akan mengkristal dalam jiwa dan pikir anak sehingga menjadi perilaku yang permanen dalam hidupnya. Tidak akan mudah lekang oleh waktu dan tuntutan zaman yang semakin tidak karuan. Penerapan dalam pelajaran ekonomi dan akuntansi guru dapat membawa para siswanya ke swalayan, pasar, toko, koperasi, bursa efek, bank, BMT, salon,dan lain lain yang jelas ke pusat pusat perdagangan atau ekonomi. Di tempat ini siswa dapat belajar menghitung laba, menarik minat konsumen untuk membeli barang atau jasa, mengemas barang sehingga menjadi terjangkau untuk dibeli masyarakat kelas menengah ke bawah, memberi bonus bagi pelanggan yang tepat waktu membayar cicilan. Penerapan dalam pelajaran sejarah guru dapat membawa siswanya misalnya ke Gua Selarong untuk mengamati lokasi Pangeran Diponegoro bersembunyi dari kejaran Belanda yang menjajah Indonesia. Selain itu, mengamati tandu yang digunakan untuk mengusung Jendral Besar Sudirman saat bergerilya dalam kondisi sakit paru – paru. Sambil mengamati objek – objek belajar tersebut guru dapat memberikan informasi yang pas untuk menumbuhkan rasa patriotisme atau memberi informasi penting tentang sejarah Indonesia yang harus dikuasai oleh siswa. Dengan metode observasi dan modeling yang menjadi ciri utama. Teori Bandura siswa dapat belajar sambil menikmati indahnya alam sekitar ciptaan Yang Maha Pencipta, siswa dapat menghirup segarnya udara di luar kelas dengan sepuas puasnya. Siswa dapat mengembalikan kebugaran fisiknya dengan mengamati banyak objek alami dan fenomena fenomena baru dibawah bimbingan gurunya. Siswa dapat berdiskusi dan adu argumentasi setelah menemukan banyak data di lapangan yang dituliskan dalam tabel pengamatan. Siswa dapat menemukan sendiri pengetahuan baru (inquiry) setelah mengamati dan berdiskusi serta tambahan informasi dari teman dan gurunya. Mereka tidak akan merasakan lelah atau terlalu lama belajar langsung di alam atau mengamati langsung objek belajar yang asli atau alami. Sekaligus guru dapat memberi penilaian yang sebenarnya dari kemampuan para siswanya setelah melihat, mendengar, mendiskusikan masalah, mengumpulkan data dan menarik kesimpulan bersama seluruh siswanya.
Kondisi siswa yang seperti ini penting untuk dapat mengatasi kejenuhan fisik maupun psikis siswa dalam belajar, karena di metode belajar ini guru mengaitkan langsung antara materi pelajaran dengan alam (yang memiliki komponen biotic berupa makhluk hidup dan komponen abiotik berupa benda mati) atau kehidupan sehari hari. Memang diperlukan persiapan dan ketangguhan profesi dari sang guru atau orangg tua baik berupa fisik maupun psikis dalam menerapkan konsep belajar ini. Hal ini disebabkan karena akan munculnya banyak kreatifitas dan kenyataan kenyataan baru dari konsep ilmu yang diperoleh siswa, yang berbeda jauh dengan teori yang ada di buku atau media belajar cetak maupun elektronik yang lain.
Guru akan menjadi sangat capek karena harus melayani banyaknya pertanyaan dan temuan temuan siswa yang mulai tumbuh pola berpikir analitik dan sintetiknya. Kemudian siswa akan terus memburu untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan ini,disini kemampuan guru ditantang untuk dapat mengelola setiap permasalahan yang diajukan. Guru dapat menghantarkan siswa untuk membuka buku buku sumber yang ada pada siswa atau di perpustakaan, membuka internet, memberi kesempatan diskusi pada kelompok, sebelum akhirnya kesimpulan yang benar akan diperoleh dibawah bimbingan guru. Dari contoh – contoh di atas terbukti sudah bahwa dengan aplikasi teori belajar Bandura dapat menciptakan masyarakat belajar bagi seluruh siswa atau anak, menimbulkan banyak pertanyaan, membuat siswa atau anak dapat mengadakan refleksi, menemukan sendiri konsep konsep ilmu ,guru dapat mengadakan penilaian yang sesungguhnya dari kemampuan yang dimiliki setiap siswa atau anak, guru maupun siswa lain dapat menjadi model belajar anak, dan membiasakan berpikir konstruktif bagi siswa atau anak. Pada akhirnya diharapkan adanya perubahan perilaku anak dari tidak suka belajar menjadi terbiasa belajar.
Teori kognitif sosial menekankan bahwa lingkungan dan perilaku seseorang dihubungkan melalui sistem kognitif orang tersebut. Bandura memandang tingkah laku manusia bukan semata – mata reflex atas stimulus (S-R bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul akibat interaksi antara lingkungan dengan kognitif manusia itu sendiri. Pendekatan teori belajar sosial lebih ditekankan pada perlunya conditioning (pembiasan merespon) dan imitation (peniruan). Selain itu pendekatan belajar sosial menekankan pentingnya penelitian empiris dalam mempelajari perkembangan anak – anak. Penelitian ini berfokus pada proses yang menjelaskan perkembangan anak – anak, faktor sosial dan kognitif.
Sayangnya teori ini beranggapan manusia belajar atau membentuk tingkah lakunya dengan hanya melalui peniruan (modelling), sudah pasti terdapat sebagian individu yang menggunakan teknik peniruan ini juga akan meniru tingkah laku yang negatif, termasuk perlakuan yang tidak diterima dalam masyarakat, maka tidak jarang ada perilaku negatif yang muncul dikarenakan proses peneriuan tersebut.
2.3 tujuan teori pembelajaran
Proses pembentukan perilaku dari tidak suka belajar menjadi suka belajar dapat dilakukan melalui banyak cara, diantaranya adalah dengan modeling. Kalau siapapun yang ada di rumah atau di ingkungan anak sudah terbiasa belajar sejak kecil maka hal ini akan diobservasi oleh anak secara terus menerus dalam hidupnya. Kemudian anak ini difasilitasi dengan banyak media baik yang alami maupun buatan untuk mendorong minat belajarnya,misalnya berupa buku bacaan, buku tulis dan kelengkapannya, serta media cetak atau audio visual yang ditata secara menarik di rumah atau kelompok kelompok belajar yang ada. Orang tua atau guru atau pembimbing berperan ganda, sebagai model sekaligus sebagai pamong belajar.
Tanpa ada ancaman, hukuman, ketegangan, ketakutan akan membuat anak nyaman, tenang, untuk belajar dengan pamongnya. Dominansi kasih sayang, kelembutan, contoh yang nyata, kejujuran, kesantunan, pujian, penghargaan, senyuman akan sangat mendorong munculnya perilaku yang diharapkan. Kesinambungan proses seperti ini akan mengkristal dalam jiwa dan pikir anak sehingga menjadi perilaku yang permanen dalam hidupnya. Tidak akan mudah lekang oleh waktu dan tuntutan zaman yang semakin tidak karuan.
Dengan metode observasi dan modeling yang menjadi ciri utama Teori Bandura siswa dapat belajar sambil menikmati indahnya alam sekitar ciptaan Yang Maha Pencipta, siswa dapat menghirup segarnya udara di luar kelas dengan sepuas puasnya. Siswa dapat mengembalikan kebugaran fisiknya dengan mengamati banyak objek alami dan fenomena fenomena baru dibawah bimbingan gurunya. Siswa dapat berdiskusi dan adu argumentasi setelah menemukan banyak data di lapangan yang dituliskan dalam tabel pengamatan. Siswa dapat menemukan sendiri pengetahuan baru (inquiry) setelah mengamati dan berdiskusi serta tambahan informasi dari teman dan gurunya. Mereka tidak akan merasakan lelah atau terlalu lama belajar langsung di alam atau mengamati langsung objek belajar yang asli atau alami. Sekaligus guru dapat memberi penilaian yang sebenarnya dari kemampuan para siswanya setelah melihat, mendengar, mendiskusikan masalah, mengumpulkan data dan menarik kesimpulan bersama seluruh siswanya. Kondisi siswa yang seperti ini penting untuk dapat mengatasi kejenuhan fisik maupun psikis siswa dalam belajar, karena di metode belajar ini guru mengaitkan langsung antara materi pelajaran dengan alam (yang memiliki komponen biotik berupa makhluk hidup dan komponen abiotik berupa benda mati) atau kehidupan sehari hari.
Memang diperlukan persiapan dan ketangguhan profesi dari sang guru atau orangf tua baik berupa fisik maupun psikis dalam menerapkan konsep belajar ini. Hal ini disebabkan karena akan munculnya banyak kreatifitas dan kenyataan kenyataan baru dari konsep ilmu yang diperoleh siswa, yang berbeda jauh dengan teori yang ada di buku atau media belajar cetak maupun elektronik yang lain.
Guru akan menjadi sangat capek karena harus melayani banyaknya pertanyaan dan temuan temuan siswa yang mulai tumbuh pola berpikir analitik dan sintetiknya. Kemudian siswa akan terus memburu untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan ini,disini kemampuan guru ditantang untuk dapat mengelola setiap permasalahan yang diajukan. Guru dapat menghantarkan siswa untuk membuka buku buku sumber yang ada pada siswa atau di perpustakaan, membuka internet, memberi kesempatan diskusi pada kelompok, sebelum akhirnya kesimpulan yang benar akan diperoleh dibawah bimbingan guru.
2.4 sistem penilaian
2.4.1 pengertian sistem penilaian
Ditinjau dari sudut bahasa, penilaian diartikan sebagai proses menentukan nilai suatu objek. Untuk dapat menentukan suatu nilai atau harga suatu objek diperlukan adanya ukuran atau kriteria. Misalnya untuk dapat mengatakan baik, sedang, kurang, diperlukan adanya ukuran yang jelas bagaimana yang baik, yang sedang, dan yang kurang. Ukuran itulah yang dinamakan kriteria. Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa ciri penilaian adalah adanya objek atau program yang dinilai dan adanya kriteria sebagai dasar untuk membandingkan antara apa yang dicapai dengan kriteria yang harus dicapai. Perbandingan bisa bersifat mutlak, bisa pula bersifat relatif.
Perbandingan bersifat mutlak artinya hasil perbandingan tersebut menggambarkan  posisi objek yang dinilai ditinjau dari kriteria yang berlaku. Sedangkan perbandingan yang bersifat relatif artinya hasil perbandingan lebih menggambarkan posisi suatu objek yang dinilai terhadap objek lainnya dengan bersumber pada kriteria yang sama. Dengan demikian, inti penilaian adalah proses mementukan nilai suatu objek tertentu berdasarkan kriteria tertentu.
Proses pemberian nilai tersebut berlangsung dalam bentuk interpretasi  yang diakhiri dengan judgment. Interpretasi dan judgment merupakan tema  penilaian yang mengimplikasikan adanya suatu perbandingan antara kriteria dan kenyataan dalam konteks situasi tertentu. Atas dasar itu maka dalam kegiatan penilaian selalu ada objek/program yang dinilai, ada kriteria, dan ada interpretasi/judgment.
Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa objek yang dinilainya adalah hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris. Oleh sebab itu, dalam penilaian hasil belajar rumusan kemampuan dan tingkah laku yang diinginkan dikuasai siswa (kompetensi) menjadi  unsur penting sebagai dasar dan acuan penilaian. Penilaian proses pebelajaran adalah upaya memberi nilai terhadap kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru dalam mencapai tujuan-tujuan pengajaran.
2.4.2 Sistem Penilaian Pembelajaran
System Penilaian dibagi menjadi 2 antara lain yaitu :
1.       Sistem penilaian berkelanjutan
            Tindak lanjut hasil pengujian:
a)      Remidial, bagi siswa yang belum mencapai batas ketuntasan minimal.
b)      Pengayaan, siswa yang telah mencapai ketuntasan minimal, penguatan dengan memberi tugas membaca, diskusi, mengerjakan soal, namun tidak mempengaruhi nilai hanya diungkapkan dalam keterangan profil hasil belajar.
c)      Percepatan, yakni bagi siswa yang telah mencapai ketuntasan maksimum.
2.      Sistem pengujian akhir
Batas lulus biasanya 75% menguasai materi ujian.
2.4.3        Alat Penilaian
Uraian di bawah ini menjelaskan secara khusus alat penilaian hasil belajar, yakni tes, baik tes uraian (esai) maupun tes objektif. Tes sebagai alat penilaian  adalah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mendapat  jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan (tes tulisan) atau dalam bentuk perbuatan (tes tindakan). Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar dalam hal penguasaan bahan ajar sesuai dengan kurikulumnya. Sungguhpun demikian dalam batas tertentu tes dapat pula digunakan untuk mengukur hasil belajar ranah afektif dan psikomotoris. Ada dua jenis tes yang akan dibahas yakni tes uraian atau tes esai dan tes objektif. Tes uraian terdiri dari uraian bebas, uraian terbatas dan uraian berstruktur. Sedangkan tes objektif terdiri dari beberapa  bentuk, yaitu bentuk pilihan benar-salah, pilihan berganda dengan berbagai variasinya, menjodohkan dan bentuk isian pendek atau melengkapi.

  BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Teori pembelajaran sosial dikembangkan untuk menjelaskan bagaimana seseorang mengalami pembelajaran dalam lingkungan sekitarnya. Bandura berpendapat bahwa tingkah laku lingkungan dan kejadian-kejadian internal pada pembelajaran yang mempengaruhi persepsi dan aksi adalah merupakan hubungan yang saling berpengaruh. Belajar merupakan interaksi segitiga yang saling berpengaruh dan mengikat antara lingkungan, faktor-faktor personal dan tingkah laku yang meliputi proses-proses kognitif belajar. Komponen-komponen belajar terdiri dari tingkah laku, konsekuensi-konsekuensi terhadap model dan proses-proses kognitif pembelajar.
2.2 Saran
Hasil belajar berupa kode-kode visual dan verbal yang mungkin dapat dimunculkan kembali atau tidak (retrievel). Dalam perencanaan pembelajaran skill yang kompleks, disamping pembelajaran-pembelajaran komponen-komponen skill itu sendiri, perlu ditumbuhkan sense of efficacy dan self regulatory pembelajar. Dalam proses pembelajaran, pembelajar sebaiknya diberi kesempatan yang cukup untuk latihan secara mental sebelum latihan fisik, dan reinforcement dan hindari punishment yang tidak perlu.


DAFTAR PUSTAKA

Bandura, A. (1977). Social Learning Theory. New York: General Learning Press.
Nur, M. 1998. Teori-teori Perkembangan. Surabaya : Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Al Rasyidin dan Wahyudin Nur Nasution. 2011. Teori Belajar dan pembelajaran, Medan: Perdana Publishing.
Ahmadi, Abu dan Widodo Supriyono. 1991. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar