Makalah
TEORI BELAJAR SOSIAL
BANDURA
(Social learning theory)
OLEH:
MAHRIFAT ISMAIL
451417011
KELOMPOK 6
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN GEOGRAFI
JURUSAN ILMU DAN
TEKNOLOGI KEBUMIAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN
ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2018
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah,
merupakan satu kata yang sangat pantas penulis ucakan kepada Allah SWT, yang karena bimbingannyalah
maka penulis bisa menyelesaikan sebuah makalah tentang ”TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
BANDURA”
Makalah ini dibuat dengan
berbagai observasi di
beberapa reverensi dan waktu tertentu sehingga
menghasilkan karya yang bisa dipertanggung jawabkan hasilnya. Saya mengucapkan
terima kasih kepada pihak terkait
yang telah membantu saya dalam menghadapi berbagai tantangan dalam penyusunan makalah ini. Saya menyadari bahwa masih sangat banyak kekurangan yang mendasar
pada makalah ini. Oleh karna itu saya mengundang pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk kemajuan ilmu pengetahuan ini. Terima kasih, dan semoga makalah ini bisa
memberikan sumbangsih positif bagi kita semua.
Penulis,
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
............................................................................................................
KATA
PENGANTAR
...........................................................................................................
DAFTAR
ISI..........................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
......................................................................................................
1.1 Latar Belakang ...........................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah
......................................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................................
BAB II
PEMBAHASAN.................................................................................................
2.1 Pengertian Teori Bandura....................................................................................
2.2 Penerapan Teori
Pembelajaran............................................................................
2.3 Tujuan Teori Pelajaran ........................................................................................
2.4 Sistem Penilaian Pada
Teori.................................................................................
BAB III
PENUTUP.........................................................................................................
3.1 Kesimpulan .......................................................................................... .....................
3.2 Saran...................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... .....................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Teori Belajar Sosial menurut Bandura adalah orang
belajar dari yang lain, melalui observasi, peniruan, dan pemodelan. Teori ini
sering disebut jembatan antara behaviorist dan teori pembelajaran kognitif
karena meliputi perhatian, memori, dan motivasi.
Teori Social Learning Theory ini dikembangkan oleh
Albert Bandura seorang psikolog kelahiran Mundare, Kanada, 4 Desember 1925.
Bandura menerima gelar sarjana muda di bidang psikologi dari University of
British of Columbia pada tahun 1949 dan meraih gelar Ph.D tahun 1952 di
Universitas Iowa. Pada tahun 1953, ia mulai mengajar di Universitas Stanford.
Teori belajar sosial menjelaskan perilaku manusia dalam hal interaksi timbal
balik yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku, dan pengaruh lingkungan.
Orang belajar melalui pengamatan perilaku orang lain, sikap, dan hasil dari
perilaku tersebut. “Kebanyakan perilaku manusia dipelajari observasional
melalui pemodelan yaitu dari mengamati orang lain. Kemudian hasilnya berfungsi
sebagai panduan untuk bertindak”.
1.2
RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan teori
social menurut Bandura ?
2. Bagaimana penerapan teori
pembelajaran menggunakan teori Bandura ?
3. Apa tujuan dari teori pembelajaran
menurut bandura ?
4. Bagaimana sistem penilaian menurut
teori bandura ?
1.3
TUJUAN
1. Mahasiswa dapat memahami apa yang
dimaksud dengan teori Bandura
2. Mahasiswa dapat mengetahui penerapan
teori bandura dalam pembelajaran
3. Mahasiswa dapat memahami tujuan
teori pembelajaran Bandura
4. Mahasiswa dapat memahami sistem
penilaian pada teori Bandura
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Teori Bandura (Social Learning
Theory)
Teori
Belajar Sosial menurut Bandura adalah orang belajar dari yang lain,
melalui observasi, peniruan, dan pemodelan. Teori ini sering disebut jembatan
antara behaviorist dan teori pembelajaran kognitif karena meliputi perhatian,
memori, dan motivasi.
Teori Social
Learning Theory ini dikembangkan oleh Albert Bandura seorang psikolog
kelahiran Mundare, Kanada, 4 Desember 1925. Bandura menerima gelar sarjana muda
di bidang psikologi dari University of British of Columbia pada tahun
1949 dan meraih gelar Ph.D tahun 1952 di Universitas Iowa. Pada tahun 1953, ia
mulai mengajar di Universitas Stanford. Teori belajar sosial menjelaskan
perilaku manusia dalam hal interaksi timbal balik yang berkesinambungan antara
kognitif, perilaku, dan pengaruh lingkungan. Orang belajar melalui pengamatan
perilaku orang lain, sikap, dan hasil dari perilaku tersebut. “Kebanyakan
perilaku manusia dipelajari observasional melalui pemodelan yaitu dari
mengamati orang lain. Kemudian hasilnya berfungsi sebagai panduan untuk
bertindak.”
2.1.1 Kondisi yang diperlukan untuk pemodelan yang efektif
Ø Atensi (perhatian)
– bagi seorang individu untuk belajar sesuatu, mereka harus memperhatikan fitur
dari perilaku yang dimodelkan. Termasuk kekhasan, afektif valensi, prevalensi,
kompleksitas, nilai fungsional. Karakteristik seseorang (kapasitas sensoris
misalnya, tingkat gairah, mengatur persepsi, penguatan sebelumnya) juga
mempengaruhi perhatian.
Ø Retensi
(ingatan) – manusia harus
mampu mengingat detail dari perilaku untuk belajar dan kemudian mereproduksi
perilaku. Termasuk pengkodean simbolis, gambaran mental, kognitif organisasi,
latihan simbolis, latihan motorik.
Ø Reproduksi – dalam mereproduksi perilaku,
seseorang harus mengatur tanggapan nya sesuai dengan perilaku model. Kemampuan
ini dapat ditingkatkan dengan praktek.
Ø Motivasi – memiliki alasan yang baik untuk
meniru. Termasuk motif seperti harapan masa lalu (behaviorisme tradisional),
menjanjikan (insentif yang dibayangkan) dan perwakilan (melihat dan mengingat
model yang patut ditiru).
Bandura
percaya pada “determinisme timbal balik”, yaitu lingkungan
memang membentuk perilaku dan perilaku membentuk lingkungan, sedangkan
behaviorisme dasarnya menyatakan bahwa lingkungan seseorang menyebabkan
perilaku seseorang. Bandura, yang juga mempelajari “kenakalan” remaja,
menemukan ini terlalu sederhana, dan di samping itu dia menyarankan bahwa
perilaku lingkungan merupakan menyebabkan juga. Kemudian, Bandura segera
menganggap kepribadian sebagai interaksi antara tiga komponen yaitu lingkungan,
perilaku, dan proses psikologis seseorang.
Teori belajar
sosial kadang-kadang disebut jembatan antara behavioris dan teori pembelajaran
kognitif karena meliputi perhatian, memori, dan motivasi. Teori ini terkait
dengan Social Development Theory and Lave’s Vygotsky dimana
ketika belajar juga menekankan pentingnya pembelajaran sosial.
2.1.2 Konsep-konsep
Dasar Social Learning
Theory Bandura
Teori ini
didasarkan pada fakta bahwa pengetahuan manusia didapat dari manusia lain.
Dengan kata lain, apa yang kita tahu didasarkan oleh penjelasan yang diberikan
orang lain pada kita. Manusia tentu saja selalu belajar. Dalam hal ini, kita
belajar dari orang lain.
Berikut ini cara kita memahami suatu hal menggunakan social learning theory.
Berikut ini cara kita memahami suatu hal menggunakan social learning theory.
2.1.2.1 Harapan
Harapan
adalah konsep pertama dalam teori belajar sosial. Harapan, atau ekspektasi,
berarti pengetahuan seseorang harus mampu mewujudkan apa yang ia inginkan
dari lingkungan, dan kepercayaannya terhadap sesuatu harus sesuai dengan
kepercayaan lingkungan.
Kalau kita mengacungkan jempol
di Indonesia, Korea, atau Jepang, itu menandakan kita sedang menyatakan setuju,
oke, iya, dsb. Namun, kalau kita mengacungkan jempol di Brazil, itu menandakan
kita sedang melecehkan orang lain secara seksual.
2.1.2.2 Belajar observasional
Belajar
observasional berarti seorang individu mendasari pengetahuannya dengan
mengobservasi orang lain di dalam lingkungan. Seorang individu akan mengenali
perilaku orang lain, menyesuaikan dengan dirinya, lalu menirukan perilaku
tersebut di masyarakat. Semua yang ia ketahui berasal dari perilaku
orang-orang di sekitarnya.
Misalnya, kata “pantek”. Kata
pantek, di beberapa kota diartikan sebagai pengeboran manual untuk gali sumur.
Di beberapa kota di Sumatera, pantek diartikan sebagai makian. Seorang dari
Sumatera mungkin akan kaget mendengar kata pantek disebut begitu saja di
masyarakat. Namun, bila dia mengobservasi dengan benar, dia akan sadar bahwa
kata itu punya makna yang berbeda.
2.1.2.3 Kapabilitas Behavioral
Kapasitas
behavioral merujuk pada fakta bahwa pengetahuan seseorang diperlukan untuk
mempengaruhi perilakunya. Selagi perilaku orang lain mungkin dapat mempengaruhi
kamu, perilakumu tidak akan terpengaruh sampai kamu tau/sadar. Barulah saat
sadar, kamu bisa mengubah perilaku agar diterima masyarakat. Seorang anak
mungkin tidak sadar bahwa berteriak di dekat orang tua tidak sopan, sampai
seseorang menegurnya. Kalau tidak mendapat respon negatif, tentu dia akan terus
melakukannya dong. Kan dia nggak sadar. Kalau sudah dikasi punishment/respon
negatif, barulah dia berhenti. Ketika seseorang mendapat respon negatif, dia
akan tau bahwa perilakunya nggak baik.
Di sinilah kapasitas behavioral bermain.
Di sinilah kapasitas behavioral bermain.
2.1.2.4
Self-Efficacy/Efikasi Diri
Efikasi diri
adalah keyakinan seseorang terhadap dirinya sendiri. Jika seseorang yakin
terhadap pengetahuannya, ia akan bertindak berdasarkan pengetahuannya. Ia
akan bertindak bila ia pede dengan tindakannya.
Misalnya
mengacungkan jempol tadi. Bila satu orang di Brazil memarahi kamu karena
mengacungkan jempol, kamu akan heran dan mulai ragu dengan pengetahuanmu. Kamu
jadi ragu untuk mengacungkan jempol lagi. Akhirnya, semakin banyak orang
memarahi kamu, kamu jadi tahu bahwa mengacungkan jempol itu salah.
2.1.2.5 Determinisme Resiprokal
Determinisme
resiprokal adalah orang saling meniru perilaku saat mereka berinteraksi. Ketika
seseorang berada di satu lingkungan, dia akan beradaptasi dengan lingkungan
tersebut. Ketika ketemu dosen, mungkin kamu akan bicara mengenai mata kuliah
atau tugas. Kamu akan menggunakan kata “saya” dan nada bicara yang rendah.
2.1.2.6 Reinforcement
Reinforcement
adalah respon dari orang lain yang dapat memperkuat/melemahkan suatu perilaku.
Misalnya, bila seorang perempuan menggunakan pensil alis lalu dia dipuji, maka
dia akan meneruskan menggunakan pensil alis. Malah, mungkin pensil alis itu
akan dia gunakan juga di bagian kumis dan dagu.
Tapi, kalau
dia pakai pensil alis lalu semua orang ngeledek “mirip Shinchan”, mungkin
dia akan berhenti menggunakan pensil alis. Sebagai ganti, mungkin dia akan
mengoleskan alisnya dengan pensil 2B, lalu komputer mendeteksi wajahnya sebagai
kunci jawaban.
2.2
Penerapan Teori Pembelajaran
Penerapan
teori Bandura dalam proses pembelajaran pembentukan perilaku dari tidak suka
belajar menjadi suka belajar dapat dilakukan melalui banyak cara, diantaranya
adalah dengan modeling. Kalau siapapun yang ada di rumah atau di ingkungan anak
sudah terbiasa belajar sejak kecil maka hal ini akan diobservasi oleh anak
secara terus menerus dalam hidupnya. Kemudian anak ini difasilitasi dengan
banyak media baik yang alami maupun buatan untuk mendorong minat
belajarnya,misalnya berupa buku bacaan, buku tulis dan kelengkapannya, serta
media cetak atau audio visual yang ditata secara menarik di rumah atau kelompok
kelompok belajar yang ada. Orang tua atau guru atau pembimbing berperan ganda,
sebagai model sekaligus sebagai pamong belajar. Tanpa ada ancaman, hukuman,
ketegangan, ketakutan akan membuat anak nyaman, tenang, untuk belajar dengan
pamongnya.
Dominansi
kasih sayang, kelembutan, contoh yang nyata, kejujuran, kesantunan, pujian,
penghargaan, senyuman akan sangat mendorong munculnya perilaku yang diharapkan.
Kesinambungan proses seperti ini akan mengkristal dalam jiwa dan pikir anak
sehingga menjadi perilaku yang permanen dalam hidupnya. Tidak akan mudah lekang
oleh waktu dan tuntutan zaman yang semakin tidak karuan. Penerapan dalam
pelajaran ekonomi dan akuntansi guru dapat membawa para siswanya ke swalayan,
pasar, toko, koperasi, bursa efek, bank, BMT, salon,dan lain lain yang jelas ke
pusat pusat perdagangan atau ekonomi. Di tempat ini siswa dapat belajar
menghitung laba, menarik minat konsumen untuk membeli barang atau jasa,
mengemas barang sehingga menjadi terjangkau untuk dibeli masyarakat kelas
menengah ke bawah, memberi bonus bagi pelanggan yang tepat waktu membayar cicilan.
Penerapan dalam pelajaran sejarah guru dapat membawa siswanya misalnya ke Gua
Selarong untuk mengamati lokasi Pangeran Diponegoro bersembunyi dari kejaran
Belanda yang menjajah Indonesia. Selain itu, mengamati tandu yang digunakan
untuk mengusung Jendral Besar Sudirman saat bergerilya dalam kondisi sakit paru
– paru. Sambil mengamati objek – objek belajar tersebut guru dapat memberikan
informasi yang pas untuk menumbuhkan rasa patriotisme atau memberi informasi
penting tentang sejarah Indonesia yang harus dikuasai oleh siswa. Dengan metode
observasi dan modeling yang menjadi ciri utama. Teori Bandura siswa dapat
belajar sambil menikmati indahnya alam sekitar ciptaan Yang Maha Pencipta,
siswa dapat menghirup segarnya udara di luar kelas dengan sepuas puasnya. Siswa
dapat mengembalikan kebugaran fisiknya dengan mengamati banyak objek alami dan
fenomena fenomena baru dibawah bimbingan gurunya. Siswa dapat berdiskusi dan
adu argumentasi setelah menemukan banyak data di lapangan yang dituliskan dalam
tabel pengamatan. Siswa dapat menemukan sendiri pengetahuan baru (inquiry)
setelah mengamati dan berdiskusi serta tambahan informasi dari teman dan
gurunya. Mereka tidak akan merasakan lelah atau terlalu lama belajar langsung
di alam atau mengamati langsung objek belajar yang asli atau alami. Sekaligus
guru dapat memberi penilaian yang sebenarnya dari kemampuan para siswanya
setelah melihat, mendengar, mendiskusikan masalah, mengumpulkan data dan
menarik kesimpulan bersama seluruh siswanya.
Kondisi siswa
yang seperti ini penting untuk dapat mengatasi kejenuhan fisik maupun psikis
siswa dalam belajar, karena di metode belajar ini guru mengaitkan langsung
antara materi pelajaran dengan alam (yang memiliki komponen biotic berupa
makhluk hidup dan komponen abiotik berupa benda mati) atau kehidupan sehari
hari. Memang diperlukan persiapan dan ketangguhan profesi dari sang guru atau
orangg tua baik berupa fisik maupun psikis dalam menerapkan konsep belajar ini.
Hal ini disebabkan karena akan munculnya banyak kreatifitas dan kenyataan
kenyataan baru dari konsep ilmu yang diperoleh siswa, yang berbeda jauh dengan
teori yang ada di buku atau media belajar cetak maupun elektronik yang lain.
Guru akan
menjadi sangat capek karena harus melayani banyaknya pertanyaan dan temuan temuan
siswa yang mulai tumbuh pola berpikir analitik dan sintetiknya. Kemudian siswa
akan terus memburu untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan ini,disini
kemampuan guru ditantang untuk dapat mengelola setiap permasalahan yang
diajukan. Guru dapat menghantarkan siswa untuk membuka buku buku sumber yang
ada pada siswa atau di perpustakaan, membuka internet, memberi kesempatan
diskusi pada kelompok, sebelum akhirnya kesimpulan yang benar akan diperoleh
dibawah bimbingan guru. Dari contoh – contoh di atas terbukti sudah bahwa
dengan aplikasi teori belajar Bandura dapat menciptakan masyarakat belajar bagi
seluruh siswa atau anak, menimbulkan banyak pertanyaan, membuat siswa atau anak
dapat mengadakan refleksi, menemukan sendiri konsep konsep ilmu ,guru dapat
mengadakan penilaian yang sesungguhnya dari kemampuan yang dimiliki setiap
siswa atau anak, guru maupun siswa lain dapat menjadi model belajar anak, dan
membiasakan berpikir konstruktif bagi siswa atau anak. Pada akhirnya diharapkan
adanya perubahan perilaku anak dari tidak suka belajar menjadi terbiasa
belajar.
Teori
kognitif sosial menekankan bahwa lingkungan dan perilaku seseorang dihubungkan
melalui sistem kognitif orang tersebut. Bandura memandang tingkah laku manusia
bukan semata – mata reflex atas stimulus (S-R bond), melainkan juga akibat
reaksi yang timbul akibat interaksi antara lingkungan dengan kognitif manusia
itu sendiri. Pendekatan teori belajar sosial lebih ditekankan pada perlunya conditioning
(pembiasan merespon) dan imitation (peniruan). Selain itu pendekatan
belajar sosial menekankan pentingnya penelitian empiris dalam mempelajari
perkembangan anak – anak. Penelitian ini berfokus pada proses yang menjelaskan
perkembangan anak – anak, faktor sosial dan kognitif.
Sayangnya
teori ini beranggapan manusia belajar atau membentuk tingkah lakunya dengan
hanya melalui peniruan (modelling), sudah pasti terdapat sebagian
individu yang menggunakan teknik peniruan ini juga akan meniru tingkah laku
yang negatif, termasuk perlakuan yang tidak diterima dalam masyarakat, maka
tidak jarang ada perilaku negatif yang muncul dikarenakan proses peneriuan
tersebut.
2.3 tujuan teori pembelajaran
Proses
pembentukan perilaku dari tidak suka belajar menjadi suka belajar dapat
dilakukan melalui banyak cara, diantaranya adalah dengan modeling. Kalau
siapapun yang ada di rumah atau di ingkungan anak sudah terbiasa belajar sejak
kecil maka hal ini akan diobservasi oleh anak secara terus menerus dalam
hidupnya. Kemudian anak ini difasilitasi dengan banyak media baik yang alami
maupun buatan untuk mendorong minat belajarnya,misalnya berupa buku bacaan,
buku tulis dan kelengkapannya, serta media cetak atau audio visual yang ditata
secara menarik di rumah atau kelompok kelompok belajar yang ada. Orang tua atau
guru atau pembimbing berperan ganda, sebagai model sekaligus sebagai pamong
belajar.
Tanpa ada
ancaman, hukuman, ketegangan, ketakutan akan membuat anak nyaman, tenang, untuk
belajar dengan pamongnya. Dominansi kasih sayang, kelembutan, contoh yang
nyata, kejujuran, kesantunan, pujian, penghargaan, senyuman akan sangat
mendorong munculnya perilaku yang diharapkan. Kesinambungan proses seperti ini
akan mengkristal dalam jiwa dan pikir anak sehingga menjadi perilaku yang
permanen dalam hidupnya. Tidak akan mudah lekang oleh waktu dan tuntutan zaman
yang semakin tidak karuan.
Dengan metode
observasi dan modeling yang menjadi ciri utama Teori Bandura siswa dapat
belajar sambil menikmati indahnya alam sekitar ciptaan Yang Maha Pencipta,
siswa dapat menghirup segarnya udara di luar kelas dengan sepuas puasnya. Siswa
dapat mengembalikan kebugaran fisiknya dengan mengamati banyak objek alami dan
fenomena fenomena baru dibawah bimbingan gurunya. Siswa dapat berdiskusi dan
adu argumentasi setelah menemukan banyak data di lapangan yang dituliskan dalam
tabel pengamatan. Siswa dapat menemukan sendiri pengetahuan baru (inquiry)
setelah mengamati dan berdiskusi serta tambahan informasi dari teman dan
gurunya. Mereka tidak akan merasakan lelah atau terlalu lama belajar langsung
di alam atau mengamati langsung objek belajar yang asli atau alami. Sekaligus
guru dapat memberi penilaian yang sebenarnya dari kemampuan para siswanya
setelah melihat, mendengar, mendiskusikan masalah, mengumpulkan data dan
menarik kesimpulan bersama seluruh siswanya. Kondisi siswa yang seperti ini
penting untuk dapat mengatasi kejenuhan fisik maupun psikis siswa dalam
belajar, karena di metode belajar ini guru mengaitkan langsung antara materi
pelajaran dengan alam (yang memiliki komponen biotik berupa makhluk hidup dan
komponen abiotik berupa benda mati) atau kehidupan sehari hari.
Memang
diperlukan persiapan dan ketangguhan profesi dari sang guru atau orangf tua
baik berupa fisik maupun psikis dalam menerapkan konsep belajar ini. Hal ini
disebabkan karena akan munculnya banyak kreatifitas dan kenyataan kenyataan
baru dari konsep ilmu yang diperoleh siswa, yang berbeda jauh dengan teori yang
ada di buku atau media belajar cetak maupun elektronik yang lain.
Guru akan
menjadi sangat capek karena harus melayani banyaknya pertanyaan dan temuan
temuan siswa yang mulai tumbuh pola berpikir analitik dan sintetiknya. Kemudian
siswa akan terus memburu untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan ini,disini
kemampuan guru ditantang untuk dapat mengelola setiap permasalahan yang diajukan.
Guru dapat menghantarkan siswa untuk membuka buku buku sumber yang ada pada
siswa atau di perpustakaan, membuka internet, memberi kesempatan diskusi pada
kelompok, sebelum akhirnya kesimpulan yang benar akan diperoleh dibawah
bimbingan guru.
2.4
sistem penilaian
2.4.1
pengertian sistem penilaian
Ditinjau
dari sudut bahasa, penilaian diartikan sebagai proses menentukan nilai suatu
objek. Untuk dapat menentukan suatu
nilai atau harga suatu objek diperlukan adanya ukuran atau kriteria. Misalnya
untuk dapat mengatakan baik, sedang, kurang, diperlukan adanya ukuran yang
jelas bagaimana yang baik, yang sedang, dan yang kurang. Ukuran itulah yang
dinamakan kriteria. Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa ciri
penilaian adalah adanya objek atau program yang dinilai dan adanya kriteria
sebagai dasar untuk membandingkan antara apa yang dicapai dengan kriteria yang
harus dicapai. Perbandingan bisa bersifat mutlak, bisa pula bersifat relatif.
Perbandingan
bersifat mutlak artinya hasil perbandingan tersebut menggambarkan posisi objek yang dinilai ditinjau dari
kriteria yang berlaku. Sedangkan perbandingan yang bersifat relatif artinya
hasil perbandingan lebih menggambarkan posisi suatu objek yang dinilai terhadap
objek lainnya dengan bersumber pada kriteria yang sama. Dengan demikian, inti
penilaian adalah proses mementukan nilai suatu objek tertentu berdasarkan
kriteria tertentu.
Proses pemberian nilai tersebut berlangsung dalam bentuk interpretasi yang diakhiri dengan judgment. Interpretasi dan judgment merupakan tema
penilaian yang mengimplikasikan adanya suatu perbandingan antara
kriteria dan kenyataan dalam konteks situasi tertentu. Atas dasar itu maka
dalam kegiatan penilaian selalu ada objek/program yang dinilai, ada kriteria,
dan ada interpretasi/judgment.
Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap
hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Hal ini
mengisyaratkan bahwa objek yang dinilainya adalah hasil belajar siswa. Hasil
belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku
sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif,
afektif, dan psikomotoris. Oleh sebab itu, dalam penilaian hasil belajar rumusan
kemampuan dan tingkah laku yang diinginkan dikuasai siswa (kompetensi)
menjadi unsur penting sebagai dasar dan
acuan penilaian. Penilaian proses pebelajaran adalah upaya memberi nilai
terhadap kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru dalam
mencapai tujuan-tujuan pengajaran.
2.4.2 Sistem Penilaian Pembelajaran
System Penilaian dibagi
menjadi 2 antara lain yaitu :
1.
Sistem
penilaian berkelanjutan
Tindak
lanjut hasil pengujian:
a)
Remidial, bagi siswa yang
belum mencapai batas ketuntasan minimal.
b)
Pengayaan,
siswa yang telah mencapai ketuntasan minimal, penguatan dengan memberi tugas membaca, diskusi, mengerjakan
soal, namun tidak mempengaruhi nilai hanya diungkapkan dalam keterangan profil
hasil belajar.
c)
Percepatan,
yakni bagi siswa yang telah mencapai ketuntasan maksimum.
2.
Sistem pengujian akhir
Batas lulus
biasanya 75% menguasai materi ujian.
2.4.3
Alat Penilaian
Uraian di bawah ini
menjelaskan secara khusus alat penilaian hasil belajar, yakni tes, baik tes
uraian (esai) maupun tes objektif. Tes sebagai alat penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan
kepada siswa untuk mendapat jawaban dari
siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan (tes tulisan) atau
dalam bentuk perbuatan (tes tindakan). Tes pada umumnya digunakan untuk menilai
dan mengukur hasil belajar dalam hal penguasaan bahan ajar sesuai dengan
kurikulumnya. Sungguhpun demikian dalam batas tertentu tes dapat pula digunakan
untuk mengukur hasil belajar ranah afektif dan psikomotoris. Ada dua jenis tes yang
akan dibahas yakni tes uraian atau tes esai dan tes objektif. Tes uraian
terdiri dari uraian bebas, uraian terbatas dan uraian berstruktur. Sedangkan
tes objektif terdiri dari beberapa
bentuk, yaitu bentuk pilihan benar-salah, pilihan berganda dengan
berbagai variasinya, menjodohkan dan bentuk isian pendek atau melengkapi.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Teori
pembelajaran sosial dikembangkan untuk menjelaskan bagaimana seseorang
mengalami pembelajaran dalam lingkungan sekitarnya. Bandura berpendapat bahwa
tingkah laku lingkungan dan kejadian-kejadian internal pada pembelajaran yang
mempengaruhi persepsi dan aksi adalah merupakan hubungan yang saling
berpengaruh. Belajar merupakan interaksi segitiga yang saling berpengaruh dan
mengikat antara lingkungan, faktor-faktor personal dan tingkah laku yang
meliputi proses-proses kognitif belajar. Komponen-komponen belajar terdiri dari
tingkah laku, konsekuensi-konsekuensi terhadap model dan proses-proses kognitif
pembelajar.
2.2
Saran
Hasil belajar
berupa kode-kode visual dan verbal yang mungkin dapat dimunculkan kembali atau
tidak (retrievel). Dalam perencanaan pembelajaran skill yang kompleks,
disamping pembelajaran-pembelajaran komponen-komponen skill itu sendiri, perlu
ditumbuhkan sense of efficacy dan self regulatory pembelajar.
Dalam proses pembelajaran, pembelajar sebaiknya diberi kesempatan yang cukup
untuk latihan secara mental sebelum latihan fisik, dan reinforcement
dan hindari punishment yang tidak perlu.
DAFTAR
PUSTAKA
Bandura, A.
(1977). Social Learning Theory. New York: General Learning Press.
Nur, M. 1998. Teori-teori
Perkembangan. Surabaya : Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Al Rasyidin dan
Wahyudin Nur Nasution. 2011. Teori Belajar dan pembelajaran, Medan:
Perdana Publishing.
Ahmadi, Abu dan
Widodo Supriyono. 1991. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar