Arsip Blog

Kamis, 06 Desember 2018

HAKIKAT PENDIDIKAN DAN ILMU PENDIDIKAN


Makalah

HAKIKAT PENDIDIKAN DAN ILMU PENDIDIKAN
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhNW0M0ARNR1AutUCs0xLk40UV_znNfhetoPSqb5qRW6t0oNyqSKwD-zeYHZLsmL0IwIPiGltQzMltT_FK9mzapzYp7IwWmkuXaXan8DAKG_W2T3XQt3kxf8vRNaDQxdd_cbsh7Dn4d19o/s1600/LOGO+UNIVERSITAS+NEGERI+GORONTALO.png
DI SUSUN
OLEH
MAHRIFAT ISMAIL
451417011

PRODI PENDIDIKAN GEOGRAFI
JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2017


KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan dalam profesi keguruan.

Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................
KATA PENGANTAR ....................................................................................
DAFTAR ISI ...................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang .....................................................................................
B.     Rumusan Masalah ................................................................................
C.     Tujuan Penulisan ..................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A.    Fondasi-fondasi pendidikan..................................................................
B.     Arti dan makna pendidikan...................................................................
C.     Fungsi pendidikan.................................................................................
D.    Arti pendidikan......................................................................................
E.     Pendidikan sebagai ilmu.........................................................................
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan ...........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................



BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar belakang
Pada dasarnya hakikat pendidikan sangatlah luas. Hakikat pendidikan bukanlah hanya sekedar pengertian serta definisi pendidikan semata. Didalam hakekat pendidikan banyak hal menarik untuk dipelajari contohnya saja seperti objek ilmu pendidikan dan macam-macam ilmu pendidikan. Hal-hal menarik inilah yang mendorong kami untuk mempelajari lebih dalam mengenai hakikat pendidikan diluar dari tugas yang telah ditentukan.
Pendidikan merupakan bagian penting dari kehidupan yang sekaligus membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Hewan juga belajar tetapi lebih ditentukan oleh instingnya. Sedangkan manusia, hidup menggunakan akal pikiran yang dimilikinya dalam setiap berperilaku. Pada hakikatnya pendidikan adalah suatu usaha manusiauntuk meningkatkan ilmu pengetahuan, yang didapat dari lembaga formal maupun nonformal.
Rasa ingin tahu merupakan salah satu sifat dasar yang dimiliki manusia.  Sifat tersebut akan mendorong manusia bertanya untuk mendapatkan pengetahuan. Setiap manusia yang berakal sehat sudah pasti memiliki pengetahuan, baik berupa fakta, konsep, prinsip, maupun prosedur tentang suatu obyek. Pengetahuan dapat dimiliki berkat adanya pengalaman atau melalui interaksi antara manusia dengan lingkungannya. Secara universal, terdapat tiga jenis pengetahuan yang selama ini mendasari kehidupan manusia yaitu: logika yang dapat membedakan antara benar dan salah; etika yang dapat membedakan antara baik dan buruk; serta estetika yang dapat membedakan antara indah dan jelek. Kepekaan indra yang dimiliki, merupakan modal dasar dalam memperoleh pengetahuan tersebut.
Salah satu wujud pengetahuan yang dimiliki manusia adalah pengetahuan ilmiah yang lazim dikatakan sebagai “ilmu”. Ilmu adalah bagian pengetahuan, namun tidak semua pengetahuan dapat dikatakan ilmu. Ilmu adalah pengetahuan yang didasari oleh dua teori kebenaran yaitu koherensi dan korespondensi. Koherensi menyatakan bahwa sesuatu pernyataan dikatakan benar jika pernyataan tersebut konsisten dengan pernyataan sebelumnya. Koherensi dalam pengetahuan diperoleh melalui pendekatan logis atau berpikir secara rasional.

B.  Rumusan masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan hakikat pendidikan?
2.      Apa saja fondasi-fondasi pendidikan?
3.      Apa arti dan makna dari pendidikan?
4.      Apa saja fungsi pendidikan?
5.      Apa yang dimaksud dengan pendidikan sebagai ilmu?

C.  Tujuan penulisan
1.      Untuk memenuhi salah satu tugas dalam mata kuliah pengantar pendidikan
2.      Untuk memahami tetang arti dan makna pendidikan
3.      Untuk memahami fungsi pendidikan
4.      Untuk memahami hakikat pendidikan sebagai ilmu


BAB II
PEMBAHASAN

1.     Fondasi fondasi pendidikan
Pendidikan sebagai fenomena yang melekat dalam kehidupan manusia, di dalamnya senantiasa ada upaya yang bertujuan untuk memanusiakan manusia itu sendiri, sistem pendidikan bertujuan ”to improve as a man”. Pendidikan pada hakekatnya adalah ”process leading to the enlightement of mankind” . Pendidikan merupakan suatu upaya mengembangkan atau mengaktualisasikan seluruh potensi kemanusiaan ke taraf yang lebih baik dan lebih sempurna.
Pendidikan tidak hanya dipandang kegiatan investasi untuk masa depan, namun harus berbicara sampai sejauh mana mampu memberikan kontribusi positif bagi penyelesaian permasalahan kekiniaan. Masa lampau menjadi pondasi dasar untuk pijakan bagi pengembangan selanjutnya. Sehingga dengan istilah lain dasar pengembangan pendidikan berpijak pada akar historis, akar filosofis, akar sosiologis dan akar psikologis. Dasar pengembangan atau lebih dikenal dengan fondasi-fondasi pendidikan yang merupakan fakta-fakta dan prinsip-prinsip dasar yang melandasi pencarian kebijakan-kebijakan dan praktik pendidikan yang berharga dan efektif. Prinsip-prinsip ini adalah dasar dibangunnya rumah pendidikan. Jika dasar itu adalah substansial, sandaran dari struktur itu kemungkinan akan kuat, dan sebaliknya
Dasar pengembangan atau lebih dikenal dengan fondasi-fondasi pendidikan yang merupakan fakta-fakta dan prinsip-prinsip dasar yang melandasi pencarian kebijakan-kebijakan dan praktik pendidikan yang berharga dan efektif. Prinsip-prinsip ini adalah dasar dibangunnya rumah pendidikan. Jika dasar itu adalah substansial, sandaran dari struktur itu kemungkinan akan kuat, dan sebaliknya. (Sanford W. Reitman, 1977). 

a.      Pengertian fondasi pendidikan
Ø  Fondasi: sesuatu yg memberi dasar/ landasan terhadap sesuatu.
Ø  Fondasi memuat nilai-nilai positif yg dianut dan diyakini kebenarannya.
Ø  Umar Tirtarahardja dan La Sulo (1994), fondasi pendidikan : pijakan dan penentu isi dan arah pendidikan.
Ø  Made Pidarta (2000), Fondasi pendidikan : sesuatu yg harus diikuti dalam upaya mengembangkan pendidikan.
Ø  Dirto Hadisusanto, Fondasi pendidikan: sesuatu yg mendasari pelaksanaan pendidikan
1). Fondasi Historis
Mengandung beberapa substansi, yaitu :
·         Membimbing untuk menilai ide-ide yang masih survive dari masa lampau dan mendorong kita untuk menolak ide-ide yang sudah tidak sesuai.
·         Membantu kita untuk menjadi ”intelligent thinking educational workers”.
·         Membantu untuk memilih tujuan, isi pendidikan, dan proses pendidikan modern.
·         Memberikan bahan-bahan untuk pemikiran pendidikan secara kreatif.
·         Menstimulasi kita untuk melengkapi karya para tokoh besar dan melaksanakan ide–ide mereka sesuai dengan kondisi sekarang.
·         Mengembangkan sikap yang berharga seperti kerendahan hati dan kesabaran.
·         Memberikan pengetahuan yang berharga tentang perkembangan peradaban.
·         Sebagai pendekatan yang baik untuk studi tentang prinsip-prinsip pembaharuan social, industri dan politik. (Elmer Harrison Wilds, 1957).
2). Fondasi Filosofis
Memberikan makna bahwa hakekat pendidikan adalah proses pengembangan seluruh potensi kemanusiaan baik fisik-jasmaniahnya maupun psikhis-roklhaniahnya kearah yang lebih sempurna, lebih baik dan lebih bijaksana. Pendidikan itu upaya untuk memerdekakan manusia dalam arti bahwa manusia menjadi manusia yang mandiri, agar tidak tergantung kepada orang lain. Kemerdekaan terdiri dari mandiri, berdiri sendiri, tidak tergantung pada orang lain dan megatur dirinya sendiri. Pendidikan berarti pula sebagai daya upaya untuk memajukan pengembangan budi pekerti (kekuatan batin), fikiran (“intellect”) dan jasmani. Maksudnya ialah supaya kita dapat memajukan kesempurnaan hidup, yakni kehidupan dan penghidupan peserta didik, selaras dengan alamnya dan masyarakatnya.(Ki Hajar Dewantara 1956)
3). Fondasi sosiologis 
Memberikan beberapa makna bagi pengembangan pendidikan, yakni :
·         Apresiasi terhadap adanya kenyataan pluralitas budaya dalam masyarakat.
·         Pengakuan terhadap harkat manusia dan hak asasi manusia.
·         Pengembangan tanggungjawab masyarakat dunia.
·         Pengembangan tanggungjawab manusia terhadap planet bumi.(Tilaar, 2003)
          Peran pendidikan dipahami bukan saja dalam konteks mikro (kepentingan anak didik melalui proses interaksi pendidikan) melainkan juga dalam konteks makro, yaitu kepentingan masyarakat bangsa, negara dan kemanusiaan. Hubungan antara pendidikan dan masyarakat berarti mencakup hubungan pendidikan dengan perubahan sosial, tatanan ekonomi, politik dan negara. Maka dituntut mampu memperhitungkan dan melakukan antisipasi perkembangan sosial, ekonomi, politik secara simultan. Peserta didik dipandang sebagai orang yang merupakan bagian dari masyarakat, sehingga proses pendidikan harus memiliki orientasi terhadap masyarakat. Pendidikan adalah sebuah proses sosial bagi orang yang belum maupun sudah dewasa untuk menjadi bagian aktif dan partisipatif dalam masyarakat.
4). Fondasi Psikologis
Mengandung beberapa dimensi. Perkembangan manusia dialami sepanjang rentang kehidupan manusia, dimulai sejak terjadinya konsepsi sampai saat bayi dilahirkan (masa prenatal), masa bayi, masa kanak-kanak awal, masa kanak-kanak akhir, masa remaja, masa dewasa dini, masa dewasa madya, dan masa usia lanjut. Tiap-tiap tahap perkembangan memiliki karakteristik perilaku yang berbeda satu sama lain, dan masing-masing karakteristik perkembangan masih dibedakan berdasar tinjauan dari aspek fisik, kognitif, dan sosial emosional. Para pendidik perlu memahami karakteristik perkembangan diri peserta didiknya, agar pendidikan yang diberikan dapat disesuaikan dengan tahap-tahap perkembangannya.

Pengejawantahan fondasi-fondasi pendidikan  menjadi fondasi dasar pengembangan pendidikan yang di teruskan pada konteks aksi riel di dunia nyata pendidikan memerlukan pemikiran yang mendalam dan komprehensif. Pada praktiknya, program pendidikan harus senantiasa dikawal dan dikembalikan pada empat akar pendidikan diatas.
  • Imam Barnadib: pendidikan tidaklah diselenggarakan secara steril & terpisah dari konteks masyarakatnya.
  • Anita Lie: pendidikan tidak terjadi di ruang hampa melainkan ada dalam realita sosial yang selalu berubah.
b.      Wujud fondasi pendidikan
·         Imran Manan (1989): wujud fondasi pendidikan à semua kehidupan masyarakat yang mendasari pendidikan. Aspek sosial-budaya, sejarah, dan filosofi, yang semuanya memberikan arah penyelenggaraan pendidikan.
·         Fagerlind and J.Saha (1983), wujud fondasi pendidikan à 3 aspek hidup masyarakat : sosial, budaya, dan ekonomi sebagai fondasi pendidikan.
·         Suparlan Suhartono (2008): wujud fondasi pendidikan à berupa fondasi ekonomi, politik, dan hukum.
·         Umar Tirtarahardja dan La Sulo (1994) menyebut lima fondasi pendidikan à filosofis, sosiologis, kultural, psikologis, ilmiah dan teknologis.
c.       Fondasi-fondasi praktek penyelenggaraan pendidikan secara umum, meliputi:
·         Sistem Ekonomi masyarakat
·         Sistem politik masyarakat
·         Sistem hukum masyarakat
·         Sistem ideologi masyarakat
·         Sistem sosial masyarakat
·         Sistem Budaya masyarakat
·         Sistem ilmu pengetahuan dan teknologi

d.      Menurut Van Cleve Morries, ilmu pendukung/ ilmu fondasi pend meliputi:
·         Historical and philosophical foundations of education.
·         Sociological and Psychological foundations of education
e.       Menurut Frank H. Blackington & Robert S. Patterson:
Ada 9 ilmu fondasi pend, yg dikenal dg ’foundations of education’ Yaitu:
·         filsafat pendidikan
·         sejarah pendidikan
·         ekonomi pendidikan
·         politik pendidikan
·         sosiologi pendidikan
·         antropologi pendidikan
·         psikologi pendidikan
·         Aestetika Pendidikan
·         pendidikan komparatif.

f.       Peran Fondasi Pendidikan
·         Giving capital, yaitu memberi modal agar penyeleng pendidikan dan ilmu pendidikan dapat berkembang menjadi baik.
·         Directing, yaitu memberi arah dan menuntun ke arah mana penyelengaraan pendidikan di masyarakat diarahkan.
·         Framing, yaitu memberi rambu-rambu dan garis-garis batas agar penyelenggaraan pendidikan tidak menyimpang dari nilai-nilai yang diidealkan

2.       Makna dan arti pendidikan
Pendidikan sering kita dengar tapi taukah kamu arti dari pendidikan itu sendiri. Kata dasar pendidikan adalah kata didik. Didik berarti memelihara dan memberi latihan tentang akhlak dan kecerdasan pikirian. Sedangkan Pendidikan memiliki arti proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau  kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan.
Pendidikan proses pembentukan baik itu karakter maupun ilmu, bisa saja orang yang mendidik itu juga lagi didik. Misalnya seorang guru mengajarkan matematika pada anak yang susah sekali mengerti saat itu anak tersebut sedang dididik untuk belajar ilmu dan sang guru dididik arti dari sebuah kesabaran. Baik disadari atau tidak setiap manusia dalam hidupnya adalah proses dididik. Semua ada proses pendidikan maka jangan merasa sudah ahli dalam suatu bidang kita merasa tidak perlu pendidikan lagi, faktanya semua selama hidup kita akan selalu ada pendidikan baik bidang formal maupun informal yang kita pelajari dalam kehidupan sehari-hari.
Kata pendidikan mempunyai kata dasar yaitu ‘’didik’’. Dalam kamus besar bahasa indonesia diartikan memelihara dan memberi latihan (anjuran, tuntunan dan pimpinan) mengenal akhlak dan kecerdasan pikiran. Kata benda “pendidikan” yaitu proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui pengajaran, pelatihan proses, perbuatan dan cara mendidik. Dari pengertian tadi kita dapat memahami bahwa pendidikan adalah suatu proses tuntunan, arahan kepada peserta didik dan mempunyai tujuan yang jelas.
Proses pendidikan tentunya tidak terlepas oleh aturan yang ada. Sebagaimana di  Negara kita disebutkan dalam Undang-undang Dasar 1945 Bab XIII tentang Pendidikan dan Kebudayaan Pasal 31 ayat 3 dikatakan bahwa “ Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu system pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlaq mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.
Banyak para Profesor, Guru Besar atau Para ahli Pendidikan mengartikan pendidikan dengan berbagai pengertian. Ki Hajar Dewantara mengatakan bahwa pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiatan yang setinggi- tingginya.
Pemerintah, dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasana, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Jelas sekali bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dari seseorang atau kelompok untuk mendidik anak didik dengan sebuah proses yang mempunyai tujuan yang jelas. Dalam mencapai tujuan pendidikan memerlukan proses yang memakan waktu, media sebagai sarana, serta mempunyai tujuan yang jelas dan terencana. Tidak pantas kiranya mendidik tanpa tujuan dan program yang jelas. Masyarakat Indonesia telah mengenal dari dulu tentang pendidikan. Mereka lebih cenderung memandang out put pendidikan, dan sedikit yang memperhatikan proses pendidikan. Menilai sebuah lembaga pendidikan baik yang formal, non-formal maupun in-formal dilihat dari satu sisi saja. Padahal pendidikan yang berkualitas tidak hanya melihat in-put atau out-put tapi lebih mengutamakan proses di dalamnya. Proses inilah yang harus menjadi perhatian penyelenggara pendidikan serta pemerintah dan masyarakat sebagai balancing untuk terciptanya tujuan pendidikan.

3.     Fungsi pendidikan
Dari sekian banyak fungsi pendidikan, salah satu yang utama adalah untuk mengembangkan kemampuan , karakter, kepribadian dan perilakunya agar beradab, serta bermartabat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara., mematuhi aturan serta norma dan hukum yang berlaku.
Menurut Hasan Langgulung, pendidikan Islam ialah pendidikan yang memiliki macam fungsi sebagai berikut:
a.      Menyiapkan generasi muda untuk memegang peranan tertentu dalam masyarakat pada masa yang akan     datang. Peranan ini berkaitan erat dengan kelanjutan hidup masyarakat sendiri.
b.      Memindahkan ilmu pengetahuan yang bersangkut dengan peranan tersebut dari generasi tua kepada generasi muda.
c.       Memindahkan nilai-nilai yang bertujuan memelihara keutuhan dan kesatuan masyarakat yang menjadi syarat mutlak bagi kelanjutan hidup suatu masyarakat dan peradaban. Dengan kata lain, tanpa nilai-nilai keutuhan dan kesatuan suatu masyarakat, maka kelanjutan hidup tersebut tidak akan dapat terpelihara dengan baik yang akhirnya akan berkesudahan dengan kehancuran masyarakat itu sendiri.
Menyikapi fungsi pendidikan menurut Hasan Langgulung tersebut diatas, bahwa pendidikan mempunyai tugas penting dalam menyiapkan calon-calon atau generasi baru yang siap mengelola dan berperan aktif dalam mayarakat pada masa yang akan datang, kemudian melangsungkan pengkaderan manusia untukmelanjutkan estafet kehidupan melalui transfer ilmu pengetahuan dari para orang tua ke generasi muda, dan yang tak kalah penting adalah mempertahankan kelangsungan kebudayaan dan peradaban yang harus berkelanjutan dalam kehidupan masyarakat.

Menurut seorang pakar pendidikan Bogardus memberikan fungsi pendidikan melalui dua macam :
a. Pendidikan berfungsi untuk memberantas kebodohan
b. Menghilangkan salah pengertian

Yang dimaksud dengan meberantas kebohohan tersebut adalah, melui proses pendidikan seorang peserta didik akan diberi pelajaran mengenai cara belajar membaca dan menulis kemudian mengembangkan pengetahuan dan kemampuan intelektual. Ketika hal tersebut diatas diperoleh peserta didik, maka akan tercipta hasil budi, yang kemudian menghasilkan tindakan untuk memilihbaik dan buruk serta memahami arti kehidupan baik di dunia maupun di akhirat.
Melalui pendidikan akan menghilangkan kesalah pengertian, yang maksudnya adalah pendidikan akan memberikan pemahaman bahwa selain kebudayaan yang dimiliki dan berada dalam lingkungan satu individu, terdapat kebudayaan lainnya. Jika individu memahami hal tersebut, maka akan mengerti hakikat hidup dalam bermasyarakat yang menghargai dan bersosial.
Bagaimana fungsi pendidikan islam. Dalam hal ini Zakiah Daradjat mengambil tiga macam fungsi agama yaitu memberi bimbingan dalam hidup, menolong dalam menghadapi kesukaran, dan menentramkan batin.
Dalam kehidupan tak lepas dari berbagaimacam masalah, baik berupa masalah ekonomi, social, dan politik. Pendidikan agama berperan penting untuk menuntun manusia kembali kejalan syariat agama, agar tidak keluar jalur keimanan. Ketika masalah dihadapi oleh seseorang yang memiliki pendidikan agama, maka dalam agama terdapat pendidikan-pendidikan yang memberikan solusi terhadap kesukaran yang dihadapi. Dan agama membuat seseorang tentrammenghadapi masalah yang terjadi dengan pengetahuan apa yang sedangdialaminya, apakah masalah yang didapat berupa ujian, atau cobaan, ataukah azab.

Dalam fungsi Pendidikan yang lain bahwa, pendidikan turut andil dalam memberikan corak dan arah pada kehidupan pada masyarakat mendatang. Sesuai penjelasan diatas dengan pendidikanlah bibit atau penerus masa depan yang di didik dan dibina minat dan bakat sesuai tempat dan keadaan serta keperluan masa depan. Jika salah dalam mendidik maka akan tercipta generasi-generasi yang tidak sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan.

4.     Arti pendidikan
Pendidikan adalah gerbang menuju kehidupan yang lebih baik dengan memperjuangkan hal-hal terkecil hingga hal-hal terbesar yang normalnya akan dilewati oleh setiap manusia. Pendidikan adalah bekal untuk mengejar semua yang ditargetkan oleh seseorang dalam kehidupannya sehingga tanpa pendidikan, maka logikanya semua yang diimpikannya akan menjadi sangat sulit untuk dapat diwujudkan.
Faktanya, memang tidak semua orang yang berpendidikan sukses dalam perjalanan hidupnya, tetapi jika dilakukan perbandingan maka orang yang berpendidikan tetap jauh lebih banyak yang bisa mengecap kesuksesan daripada orang yang tidak pernah mengecap pendidikan, baik pendidikan formal maupun non formal. Pendidikan adalah alat untuk mengembangkan diri, mental, pola pikir dan juga kualitas diri seseorang.
Jika orang yang sudah dibekali ilmu saja terbukti masih ada atau bahkan banyak yang mengalami kegagalan, lalu bagaimana dengan mereka yang tidak dibekali ilmu sama sekali? Logikanya sudah pasti mereka akan lebih kesulitan dalam mengembangkan hal-hal yang diminatinya dengan tujuan untuk mendapatkan level kehidupan yang lebih baik. Proses hidup membutuhkan teori, dan dengan pendidikan lah teori tersebut bisa didapatkan.
Jangan meyakini opini sekelompok orang yang tidak bertanggung jawab. Apa pun alasannya, setiap orang tetap membutuhkan pendidikan. Meskipun pendidikan tidak menjamin kesuksesan seseorang, namun pendidikan akan membekali anda kualitas diri yang lebih baik sehingga anda akan lebih berpeluang untuk mendapatkan apa yang anda cita-citakan. Pendidikan merupakan alat terpenting untuk merealisasikan semua impian anda.Pendidikan adalah prioritas untuk menjuju kearah yang lebih baik, dan masa depan yang lebih layak buat Anda.

5.     Pendidikan sebagai ilmu
Pendidikan adalah fenomena yang fundamental atau asasi dalam kehidupan manusia. Kita dapat mengatakan, bahwa di mana ada kehidupan manusia, bagaimanapun juga di situ pasti ada pendidikan (Driyarkara, 1980: 32). Pendidikan sebagai gejala yang universal, merupakan suatu keharusan bagi manusia, karena disamping pendidikan sebagai gejala sekaligus juga sebagai upaya memanusiakan manusia itu sendiri. Dengan penrkembangan kebudayaan manusia, timbullah tuntutan akan adanya pendidikan yang terselenggara lebih baik, lebih teratur dan didasarkan atas pemikiran yang matang. Manusia ingin lebih mempertanggungjawabkan caranya dia mendidik generasi penerusnya agar lebih berhasil dalam melaksanakan hidupnya, dalam pertemuan dan pergaulannya dengan sesama dan dunia serta dalam hubungannya dengan Tuhan. Di sinilah muncul keharusan pemikiran teoritis tentang pendidikan.
Satu hal yang menjadi jelas dari apa yang disebut pendidikan adalah upaya sadar untuk mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki manusia. Pengertian demikian, menurut Soedomo (1990: 30), selalu dipegang oleh kalangan pendidikan. Dengan pernyataan lain kalangan pendidikan mencermati pendidikan, disamping sebagai gejala, juga sebagai upaya. Pada gilirannya, pandangan bahwa pendidikan sebagai gejala sekaligus upaya ini melahirkan teori-teori pendidikan (theories of education).
George F. Kneller (1971: 231), secara jelas memberi arti tentang teori pendidikan. Menurutnya, kata teori menpunyai dua makna sentral. Di satu pihak teori dapat menunjuk suatu hipotesis atau serangkaian hipotesis yang telah diverifikasi dengan observasi atau eksperimen, sebagaimana dalam kasus teori gravitasi. Sebagaimana memandang teori dalam artian ini, teori-teori pendidikan menunggu pengembangan. Di lain pihak teori dapat juga merupakan sinonim umum untuk pemikiran sistematik atau serangkaian pemikiran-pemikiran sistematik atau serangkaian pemikiran-pemikiran yang koheren. Sebagaimana memandang teori dalam artian ini, pendidikan benar-benar telah menghasilkan teori yang banyak sekali.
Teori pendidikan menurut Ernest E. Bayles, adalah berkenaan tidak hanya dengan apa yang ada, tetapi bahkan banyak juga dengan apa yang harus ada. Sebagai teori yang dikembangkan secara sadar dalam kaitannya dengan upaya pendidikan, maka teori pendidikan memiliki keunikan tersendiri apabila dibandingkan dengan teori penjelas (explanatory theory) yang memandang pendidikan semata-mata sebagai gejala atau sebagai fenomena atau sebagai fakta. Karena keterkaitan antara kegiatan berteori dan kegiatan upaya pendidikan, maka teori pendidikan dapat dikategorikan terutama sebagai teori praktis (practical theory). P. H. Hirst tetap berpendapat bahwa fungsi utama dan teori pendidikan adalah untuk membimbing praktek pendidikan (to guide educational practice). (More, 1974: 58). Teori pendidikan mempunyai aspek ilmiah dan aspek preskriptif (normatif).
Teori-teori pendidikan diharapkan merupakan unsur-unsur bangunan pengetahuan (a body of knowledge) ilmu pendidikan (Soedomo, 3 1-33). Selanjutnya yang menjadi pertanyaan yaitu, apakah yang dimaksud dengan ilmu pendidikan itu? Berikut ini akan dikemukan pandangan sejumlah ahli tentang apa yang dimaksud dengan ilmu pendidikan.
Menurut M.J. Langeveld (1995), paedagogiek (ilmu mendidik atau ilmu pendidikan) adalah suatu ilmu yang bukan saja menelaah objeknya untuk mengetahui betapa keadaan atau hakiki objek itu, melainkan mempelajari pula betapa hendaknya bertindak.
Menurut S. Brodjonagoro (1966: 35), ilmu pendidikan atau paedagogiek adalah teori pendidikan, perenungan tentang pendidikan. Dalam arti luas paedagogiek adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari soal-soal yang timbul dalam praktek pendidikan.
Menurut Driyarkara (1980: 66-67), ilmu pendidikan adalah pemikiran ilmiah (pemikiran yang bersifat kritis, metodis dan sistematis) tentang realitas yang kita sebut pendidikan (mendidik dan didik). Kritis berarti bahwa orang tidak menerima saja apa yang ditangkap atau muncul dalam benaknya, tetapi semua pernyataan, semua afirmasi harus mempunyai dasar yang kuat. Orang yang bersikap kritis, ingin mengerti betul-betul (tidak hanya membeo), ingin mengalami sesuatu dengan seluk-beluknya dan dasar-dasarnya.
Metodis berarti bahwa dalam proses berpikir dan menyelidiki orang menggunakan suatu cara tertentu. Sistematis berarti bahwa pemikir ilmiah itu dalam prosesnya dijiwai oleh suatu ide yang menyeluruh dan menyatukan, sehingga pikiran-pikiran dan pendapat-pendapat tidak tanpa hubungan, melainkan merupakan kesatuan.
Dan uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa:
1.      Ilmu pendidikan adalah ilmu yang menelaah fenomena pendidikan dan semua fenomena yang ada hubungan dengan pendidikan dan dalam perspektif yang luas dan integratif.
2.      Fenomena pendidikan dan semua fenomena yang ada hubungannya dengan pendidikan ini bukan hanya merupakan gejala yang melekat pada manusia (gejala yang universal), dalam perspektif yang luas, melainkan juga sekaligus merupakan upaya untuk memanusiakan manusia agar menjadi sebenar-benarnya manusia (insan), yang hal ini secara integratif diperlukan penggunaan berbagai kajian tentang pendidikan (kajian historis, filosofis, psikologis, dan sosiologis tentang pendidikan).
3.      Upaya pendidikan mencakup keseluruhan aktivitas pendidikan (mendidik dan dididik) dan pemikiran yang sistematik tentang pendidikan.

Secara historis Johan Friederick Hebart sering disebut sebagai bapak ilmu pendidikan modern dan bapak psikologi modern (Gruber, 1973: 142). Berangsur-angsur ilmu pendidikan berkembang sampai tumbuh menjadi ilmu yang berdiri sendiri yang mengkaji hakikat, persoalan bentuk-bentuk dan syarat-syarat dari pendidikan. Tetapi yang betul-betul berdiri sendiri ilmu pendidikan terjadi pada akhir abad ke-19 (-1895) sampai sepertiga permulaan abad ke-20 (± 1933) oleh gerakan Autonomi paedagogiek yang berlangsung di Eropa dan Amerika.
Ilmu pendidikan dalam bentuknya yang lebih sistematik termasuk ilmu yang sangat muda. Ilmu pendidikan lahir dan berkembang jauh lebih belakang dari pada praktik upaya pendidikan. Dapat dikatakan bahwa ilmu pendidikan masih membentuk dirinya atau dalam keadaan sedang berkembang. Di samping itu, ilmu pendidikan harus berpacu dengan masalah-masalah praktis yang mendesak yang memang sama sekali tidak dapat diabaikan.
Persyaratan Pendidikan Sebagai Ilmu
Suatu kawasan studi dapat tampil atau menampilkan diri sebagai suatu disiplin ilmu,   bila dipenuhi setidak-tidaknya tiga syarat, yaitu:
1.      memiliki objek studi (objek material dan objek formal).
2.      memiliki sistematika.
3.      memiliki metode.
Yang menjadi objek material ilmu pendidikan adalah perilaku manusia. Apabila kita pelajari perilaku manusia sebagai makhluk yang hidup di dalam masyarakat maka perilaku itu disamping dapat dilihat, segi ilmu pendidikan juga dapat dilihat dan segi-segi yang lain seperti psikologis, sosiologis, antropologis. Yang membedakan suatu ilmu dengan ilmu lainnya adalah objeknya. Apabila kebetulan objek materialnya sama, maka yang membedakan satu ilmu dengan ilmu lainnya adalah objek formalnya. Objek formal adalah objek material yang disoroti oleh suatu ilmu, atau sudut pandang tertentu yang menentukan macam ilmu.
Berikut ini akan dibahas tentang syarat kedua disiplin ilmu, yaitu memiliki sistematika. Secara teoritik sistematika ilmu pendidikan dapat dibedakan menjadi tida segi tinjauan, yaitu: (1) melihat pendidikan sebagai gejala manusiawi, (2) dengan melihat pendidikan sebagai upaya sadar dan (3) dengan  melihat pendidikan sebagai gejala manusiawi, sekaligus upaya sadar dengan mengantisipasi perkembangan sosio-budaya di masa depan. Selanjutnya syarat ketiga bagi disiplin ilmu, yaitu memilik metode. Dalam arti kata yang sesungguhnya, maka metode (Yunani: methodos) adalah cara atau jalan. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka dapat memahami dan mengembangkan ilmu yang bersangkutan. Metode-metode yang dapat dipakai untuk ilmu pendidikan sebagai berikut (Soedomo, 1990: 46-47; Mub, Said, 1989):
a.      Metode Normatif
Metode normatif berkenaan dengan konsep manusia yang diidealkan yang ingin dicapai oleh pendidikan. Metode ini juga menjawab pertanyaan yang berkenaan dengan masalah nilai baik dan nilai buruk.
b.      Metode Eksplanatori
Metode eksplanatori bersangkut paut dengan pertanyaan tentang kondisi dan kekuatan apa yang membuat suatu proses pendidikan berhasil. Dalam hal ilmu pendidikan mendapatkan bantuan dari berbagai teori tentang pendidikan yang boleh jadi dihasilkan oleh ilmu-ilmu lain.
c.       Metode Teknologis
Metode teknologis ini mempunyai fungsi untuk mengungkapkan bagaimana melakukannya dalam menuju keberhasilan pencapaian tujuan-tujuan yang diinginkan.
d.      Metode Deskriptif – Fenomenologis
Metode ini mencoba menguraikan kenyataan-kenyataan pendidikan dan kemudian mengklasifikasikan sehingga ditemukan yang hakiki.
e.       Metode Hermeneutis
Metode ini untuk memahami kenyataan pendidikan yang kongkrit dan historis untuk menjelaskan makna dan struktur dari kegiatan pendidikan.
f.        Metode Analisi Kritis (Filosofis)
Metode ini menganalisa secara kritis tentang istilah-istilah, pernyataan-pernyataan, konsep-konsep dan teori-teori yang ada atau digunakan dalam pendidikan. Syarat lain bagi disiplin ilmu pendidikan adalah memiliki evidensi empiris. Ini sesuai dengan sifat ilmu pendidikan, yaitu teoritis dan praktis.
Sifat-Sifat Ilmu Pendidikan
Pendidikan sebagai ilmu (ilmu pendidikan) bersifat empiris, rohaniah, normatif, historis, teoritis, dan praktis (Soetjipto Wirowidjojo, 1986: 8-9; 30-31, Sutani Barnadib, 1984: 15-19). Ilmu pendidikan bersifat empiris, karena objeknya (fenomena atau situasi pendidikan) dijumpai dalam dunia pengalaman. Ilmu pendidikan bersifat rokhaniah, karena situasi pendidikan berdasar atas tujuan manusia tidak membiarkan peserta didik kepada keadaan alamnya, melainkan memandangnya sebagai makhluk susila dan ingin membawanya kearah manusia susila yang berbudaya.
Ilmu pendidikan bersifat normatif, karena berdasar atas pemilihan antara yang baik dan yang tidak baik untuk peserta didik pada khususnya dan manusia pada umumnya. Oleh karena itu, seperti dinyatakan oleh Noeng Muhadjir (1987: 3-4), sebagai ilmu yang normatif, ilmu pendidikan tak ingin sekedar mendeskripsikan atau menjelaskan, melainkan ingin memberitahukan perlunya mencapai suatu cita ideal.
Ilmu pendidikan bersifat historis, karena memberikan uraian teoritis tentang sistem-sistem pendidikan sepanjang jaman dengan mengingat latar belakang kebudayaan dan filsafat yang berpengaruh pada jaman-jaman tertentu. Ilmu pendidikan bersifat teoritis, karena memberikan pemikiran yang tersusun secara teratur dan logis (sistematis) tentang masalah-masalah dan ketentuan-ketentuan pendidikan yang langsung ditujukan kepada perbuatan yang mendidik.
Pengembangan Pendidikan
Secara hierarkis ilmu pendidikan memiliki dasar yang sekaligus sebagai sumbernya, yakni filsafat pendidikan. Filsafat pendidikan dan ilmu pendidikan, oleh Brubacher (1962: 18) dipandang sebagai “complementary disciplines”. Namun dalam pengembangan ilmu pendidikan (science of education or philosophical theory of education), juga dapat diperkaya dengan mengkaji fondasi-fondasi pendidikan (practical theories of education). Fondasi-fondasi pendidikan adalah studi tentang fakta-fakta dan prinsip-prinsip dasar yang melandasi pencarian kebijakan-kebijakan dan praktik-praktik pendidikan yang berharga dan efektif. Prinsip-prinsip ini adalah dasar untuk dibangunnya rumah pendidikan. Jika dasar itu adalah subtansial, sandaran, dan struktur itu kemungkinan akan kuat, dan sebaliknya (Standard W. Reitman, 1977: 10).
Suatu pemahaman tentang fondasi-fondasi pendidikan akan membantu seorang pendidik prospektif untuk berfikir secara lebih jernih tentang mana yang esensial tentang pekerjaan yang ia akan terlibat sebagai seorang guru. Ini akan membantunya untuk membuat keputusan-keputusan yang dapat diambil tentang bagaimana mengorganisasikan energinya untuk menciptakan situasi-situasi belajar yang optimal dan masih banyak lagi. 

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
            Ilmu pendidikan adalah ilmu yang menelaah fenomena pendidikan dan semua fenomena yang ada hubungannya dengan pendidikan dalam perspektif yang luas dan integratif. Ilmu pendidikan bentuknya yang lebih sistematis termasuk ilmu yang sangat muda atau masih membentuk dirinya, untuk lebih memperkokoh persyaratan yang dimilikinya sebagai ilmu yang berdiri sendiri, atau dengan kata lain Ilmu pendidikan adalah suatu kumpulan pengetahuan atau konsep yang tersusun secara sistematis dan mempunyai metode-metode tertentu yang bersifat ilmiah yang menyelidiki, merenungkan tentang gejala-gejala perbuatan mendidik atau suatu proses bantuan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya dalam rangka mempersiapkan dirinya untuk kehidupan yang bermakna.


4 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Online Casino: Play with Bitcoin or Real Money at the Kambi
    Kambi Casino 바카라 사이트 is a casino also offering live dealer games and a wide selection choegocasino of online slot games. The 온카지노 gaming platform is also known for its

    BalasHapus