Makalah
HAKIKAT PENDIDIKAN DAN ILMU PENDIDIKAN
DI SUSUN
OLEH
MAHRIFAT ISMAIL
451417011
PRODI PENDIDIKAN GEOGRAFI
JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2017
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca
dalam administrasi pendidikan dalam profesi keguruan.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................
KATA PENGANTAR ....................................................................................
DAFTAR ISI ...................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .....................................................................................
B. Rumusan Masalah ................................................................................
C. Tujuan Penulisan ..................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Fondasi-fondasi pendidikan..................................................................
B. Arti dan makna pendidikan...................................................................
C. Fungsi pendidikan.................................................................................
D. Arti
pendidikan......................................................................................
E. Pendidikan sebagai
ilmu.........................................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ...........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Pada
dasarnya hakikat pendidikan sangatlah luas. Hakikat pendidikan bukanlah hanya sekedar
pengertian serta definisi pendidikan semata. Didalam hakekat pendidikan banyak
hal menarik untuk dipelajari contohnya saja seperti objek ilmu pendidikan dan
macam-macam ilmu pendidikan. Hal-hal menarik inilah yang mendorong kami untuk
mempelajari lebih dalam mengenai hakikat pendidikan diluar dari tugas yang
telah ditentukan.
Pendidikan
merupakan bagian penting dari kehidupan yang sekaligus membedakan manusia
dengan makhluk hidup lainnya. Hewan juga belajar tetapi lebih ditentukan oleh
instingnya. Sedangkan manusia, hidup menggunakan akal pikiran yang dimilikinya
dalam setiap berperilaku. Pada hakikatnya pendidikan adalah suatu usaha manusiauntuk
meningkatkan ilmu pengetahuan, yang didapat dari lembaga formal maupun
nonformal.
Rasa ingin
tahu merupakan salah satu sifat dasar yang dimiliki manusia. Sifat
tersebut akan mendorong manusia bertanya untuk mendapatkan pengetahuan. Setiap
manusia yang berakal sehat sudah pasti memiliki pengetahuan, baik berupa fakta,
konsep, prinsip, maupun prosedur tentang suatu obyek. Pengetahuan dapat
dimiliki berkat adanya pengalaman atau melalui interaksi antara manusia dengan
lingkungannya. Secara universal, terdapat tiga jenis pengetahuan yang selama
ini mendasari kehidupan manusia yaitu: logika yang dapat membedakan antara
benar dan salah; etika yang dapat membedakan antara baik dan buruk; serta estetika
yang dapat membedakan antara indah dan jelek. Kepekaan indra yang dimiliki,
merupakan modal dasar dalam memperoleh pengetahuan tersebut.
Salah satu
wujud pengetahuan yang dimiliki manusia adalah pengetahuan ilmiah yang lazim
dikatakan sebagai “ilmu”. Ilmu adalah bagian pengetahuan, namun tidak semua
pengetahuan dapat dikatakan ilmu. Ilmu adalah pengetahuan yang didasari oleh
dua teori kebenaran yaitu koherensi dan korespondensi. Koherensi menyatakan
bahwa sesuatu pernyataan dikatakan benar jika pernyataan tersebut konsisten
dengan pernyataan sebelumnya. Koherensi dalam pengetahuan diperoleh melalui
pendekatan logis atau berpikir secara rasional.
B. Rumusan
masalah
1.
Apa
yang dimaksud dengan hakikat pendidikan?
2.
Apa
saja fondasi-fondasi pendidikan?
3.
Apa
arti dan makna dari pendidikan?
4.
Apa
saja fungsi pendidikan?
5.
Apa
yang dimaksud dengan pendidikan sebagai ilmu?
C. Tujuan
penulisan
1. Untuk memenuhi salah satu tugas dalam mata kuliah pengantar
pendidikan
2.
Untuk memahami tetang arti dan makna
pendidikan
3.
Untuk memahami fungsi pendidikan
4.
Untuk memahami hakikat pendidikan
sebagai ilmu
BAB II
PEMBAHASAN
1. Fondasi
fondasi pendidikan
Pendidikan
sebagai fenomena yang melekat dalam kehidupan manusia, di dalamnya senantiasa
ada upaya yang bertujuan untuk memanusiakan manusia itu sendiri, sistem
pendidikan bertujuan ”to improve as a man”. Pendidikan pada hakekatnya
adalah ”process leading to the enlightement of mankind” . Pendidikan
merupakan suatu upaya mengembangkan atau mengaktualisasikan seluruh potensi
kemanusiaan ke taraf yang lebih baik dan lebih sempurna.
Pendidikan tidak hanya dipandang
kegiatan investasi untuk masa depan, namun harus berbicara sampai sejauh mana
mampu memberikan kontribusi positif bagi penyelesaian permasalahan kekiniaan.
Masa lampau menjadi pondasi dasar untuk pijakan bagi pengembangan selanjutnya.
Sehingga dengan istilah lain dasar pengembangan pendidikan berpijak pada akar
historis, akar filosofis, akar sosiologis dan akar psikologis. Dasar
pengembangan atau lebih dikenal dengan fondasi-fondasi pendidikan yang
merupakan fakta-fakta dan prinsip-prinsip dasar yang melandasi pencarian
kebijakan-kebijakan dan praktik pendidikan yang berharga dan efektif.
Prinsip-prinsip ini adalah dasar dibangunnya rumah pendidikan. Jika dasar itu
adalah substansial, sandaran dari struktur itu kemungkinan akan kuat, dan
sebaliknya
Dasar pengembangan atau lebih
dikenal dengan fondasi-fondasi pendidikan yang merupakan fakta-fakta dan
prinsip-prinsip dasar yang melandasi pencarian kebijakan-kebijakan dan praktik
pendidikan yang berharga dan efektif. Prinsip-prinsip ini adalah dasar
dibangunnya rumah pendidikan. Jika dasar itu adalah substansial, sandaran dari
struktur itu kemungkinan akan kuat, dan sebaliknya. (Sanford W. Reitman, 1977).
a. Pengertian fondasi pendidikan
Ø
Fondasi: sesuatu yg memberi dasar/
landasan terhadap sesuatu.
Ø
Fondasi memuat nilai-nilai positif
yg dianut dan diyakini kebenarannya.
Ø
Umar Tirtarahardja dan La Sulo
(1994), fondasi pendidikan : pijakan dan penentu isi dan arah pendidikan.
Ø
Made Pidarta (2000), Fondasi
pendidikan : sesuatu yg harus diikuti dalam upaya mengembangkan pendidikan.
Ø
Dirto Hadisusanto, Fondasi
pendidikan: sesuatu yg mendasari pelaksanaan pendidikan
1). Fondasi Historis
Mengandung beberapa substansi, yaitu :
·
Membimbing untuk menilai ide-ide
yang masih survive dari masa lampau dan mendorong kita untuk menolak ide-ide
yang sudah tidak sesuai.
·
Membantu kita untuk menjadi ”intelligent
thinking educational workers”.
·
Membantu untuk memilih tujuan, isi
pendidikan, dan proses pendidikan modern.
·
Memberikan bahan-bahan untuk pemikiran
pendidikan secara kreatif.
·
Menstimulasi kita untuk melengkapi
karya para tokoh besar dan melaksanakan ide–ide mereka sesuai dengan kondisi
sekarang.
·
Mengembangkan sikap yang berharga
seperti kerendahan hati dan kesabaran.
·
Memberikan pengetahuan yang berharga
tentang perkembangan peradaban.
·
Sebagai pendekatan yang baik untuk
studi tentang prinsip-prinsip pembaharuan social, industri dan politik. (Elmer
Harrison Wilds, 1957).
2). Fondasi Filosofis
Memberikan makna bahwa hakekat
pendidikan adalah proses pengembangan seluruh potensi kemanusiaan baik
fisik-jasmaniahnya maupun psikhis-roklhaniahnya kearah yang lebih sempurna,
lebih baik dan lebih bijaksana. Pendidikan itu upaya untuk memerdekakan manusia
dalam arti bahwa manusia menjadi manusia yang mandiri, agar tidak tergantung
kepada orang lain. Kemerdekaan terdiri dari mandiri, berdiri sendiri,
tidak tergantung pada orang lain dan megatur dirinya sendiri. Pendidikan
berarti pula sebagai daya upaya untuk memajukan pengembangan budi pekerti
(kekuatan batin), fikiran (“intellect”) dan jasmani. Maksudnya ialah
supaya kita dapat memajukan kesempurnaan hidup, yakni kehidupan dan penghidupan
peserta didik, selaras dengan alamnya dan masyarakatnya.(Ki Hajar Dewantara
1956)
3). Fondasi sosiologis
Memberikan beberapa makna bagi pengembangan
pendidikan, yakni :
·
Apresiasi terhadap adanya kenyataan
pluralitas budaya dalam masyarakat.
·
Pengakuan terhadap harkat manusia
dan hak asasi manusia.
·
Pengembangan tanggungjawab
masyarakat dunia.
·
Pengembangan tanggungjawab manusia terhadap
planet bumi.(Tilaar, 2003)
Peran
pendidikan dipahami bukan saja dalam konteks mikro (kepentingan anak didik
melalui proses interaksi pendidikan) melainkan juga dalam konteks makro, yaitu
kepentingan masyarakat bangsa, negara dan kemanusiaan. Hubungan antara
pendidikan dan masyarakat berarti mencakup hubungan pendidikan dengan perubahan
sosial, tatanan ekonomi, politik dan negara. Maka dituntut mampu
memperhitungkan dan melakukan antisipasi perkembangan sosial, ekonomi, politik
secara simultan. Peserta didik dipandang sebagai orang yang merupakan bagian
dari masyarakat, sehingga proses pendidikan harus memiliki orientasi terhadap
masyarakat. Pendidikan adalah sebuah proses sosial bagi orang yang belum maupun
sudah dewasa untuk menjadi bagian aktif dan partisipatif dalam masyarakat.
4). Fondasi
Psikologis
Mengandung beberapa dimensi.
Perkembangan manusia dialami sepanjang rentang kehidupan manusia, dimulai sejak
terjadinya konsepsi sampai saat bayi dilahirkan (masa prenatal), masa bayi,
masa kanak-kanak awal, masa kanak-kanak akhir, masa remaja, masa dewasa dini,
masa dewasa madya, dan masa usia lanjut. Tiap-tiap tahap perkembangan memiliki
karakteristik perilaku yang berbeda satu sama lain, dan masing-masing
karakteristik perkembangan masih dibedakan berdasar tinjauan dari aspek fisik,
kognitif, dan sosial emosional. Para pendidik perlu memahami karakteristik
perkembangan diri peserta didiknya, agar pendidikan yang diberikan dapat
disesuaikan dengan tahap-tahap perkembangannya.
Pengejawantahan fondasi-fondasi
pendidikan menjadi fondasi dasar pengembangan pendidikan yang di teruskan
pada konteks aksi riel di dunia nyata pendidikan memerlukan pemikiran yang
mendalam dan komprehensif. Pada praktiknya, program pendidikan harus senantiasa
dikawal dan dikembalikan pada empat akar pendidikan diatas.
- Imam Barnadib: pendidikan
tidaklah diselenggarakan secara steril & terpisah dari konteks
masyarakatnya.
- Anita Lie: pendidikan tidak
terjadi di ruang hampa melainkan ada dalam realita sosial yang selalu berubah.
b. Wujud
fondasi pendidikan
·
Imran
Manan (1989): wujud fondasi pendidikan à
semua kehidupan masyarakat yang mendasari pendidikan. Aspek sosial-budaya,
sejarah, dan filosofi, yang semuanya memberikan arah
penyelenggaraan pendidikan.
·
Fagerlind
and J.Saha (1983), wujud fondasi pendidikan à 3 aspek hidup
masyarakat : sosial, budaya, dan ekonomi sebagai fondasi pendidikan.
·
Suparlan
Suhartono (2008): wujud fondasi pendidikan à berupa fondasi
ekonomi, politik, dan hukum.
·
Umar
Tirtarahardja dan La Sulo (1994) menyebut lima fondasi
pendidikan à filosofis, sosiologis, kultural, psikologis, ilmiah dan
teknologis.
c. Fondasi-fondasi
praktek penyelenggaraan pendidikan secara umum, meliputi:
·
Sistem Ekonomi masyarakat
·
Sistem politik masyarakat
·
Sistem hukum masyarakat
·
Sistem ideologi masyarakat
·
Sistem sosial masyarakat
·
Sistem Budaya masyarakat
·
Sistem ilmu pengetahuan dan
teknologi
d. Menurut Van
Cleve Morries, ilmu pendukung/ ilmu fondasi pend meliputi:
·
Historical and philosophical
foundations of education.
·
Sociological and Psychological
foundations of education
e. Menurut Frank
H. Blackington & Robert S. Patterson:
Ada 9 ilmu fondasi pend, yg dikenal
dg ’foundations of education’ Yaitu:
·
filsafat pendidikan
·
sejarah pendidikan
·
ekonomi pendidikan
·
politik pendidikan
·
sosiologi pendidikan
·
antropologi pendidikan
·
psikologi pendidikan
·
Aestetika Pendidikan
·
pendidikan komparatif.
f. Peran Fondasi Pendidikan
·
Giving
capital, yaitu memberi modal agar penyeleng pendidikan dan
ilmu pendidikan dapat berkembang menjadi baik.
·
Directing, yaitu
memberi arah dan menuntun ke arah mana penyelengaraan pendidikan di masyarakat
diarahkan.
·
Framing, yaitu
memberi rambu-rambu dan garis-garis batas agar penyelenggaraan pendidikan tidak
menyimpang dari nilai-nilai yang diidealkan
2. Makna
dan arti pendidikan
Pendidikan
sering kita dengar tapi taukah kamu arti dari pendidikan itu sendiri. Kata
dasar pendidikan adalah kata didik. Didik berarti memelihara dan memberi
latihan tentang akhlak dan kecerdasan pikirian. Sedangkan Pendidikan memiliki
arti proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang
dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan.
Pendidikan
proses pembentukan baik itu karakter maupun ilmu, bisa saja orang yang mendidik
itu juga lagi didik. Misalnya seorang guru mengajarkan matematika pada anak
yang susah sekali mengerti saat itu anak tersebut sedang dididik untuk belajar
ilmu dan sang guru dididik arti dari sebuah kesabaran. Baik disadari atau tidak
setiap manusia dalam hidupnya adalah proses dididik. Semua ada proses
pendidikan maka jangan merasa sudah ahli dalam suatu bidang kita merasa tidak
perlu pendidikan lagi, faktanya semua selama hidup kita akan selalu ada
pendidikan baik bidang formal maupun informal yang kita pelajari dalam kehidupan
sehari-hari.
Kata pendidikan mempunyai kata dasar yaitu ‘’didik’’. Dalam
kamus besar bahasa indonesia diartikan memelihara dan memberi latihan (anjuran,
tuntunan dan pimpinan) mengenal akhlak dan kecerdasan pikiran. Kata benda “pendidikan” yaitu proses pengubahan
sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan
manusia melalui pengajaran, pelatihan proses, perbuatan dan cara mendidik. Dari
pengertian tadi kita dapat memahami bahwa pendidikan adalah suatu proses
tuntunan, arahan kepada peserta didik dan mempunyai tujuan yang jelas.
Proses pendidikan tentunya tidak
terlepas oleh aturan yang ada. Sebagaimana di Negara kita disebutkan
dalam Undang-undang Dasar 1945 Bab XIII tentang Pendidikan dan Kebudayaan Pasal
31 ayat 3 dikatakan bahwa “ Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu
system pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta
akhlaq mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan
undang-undang.
Banyak para Profesor, Guru Besar atau Para ahli
Pendidikan mengartikan pendidikan dengan berbagai pengertian. Ki Hajar
Dewantara mengatakan bahwa pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat
yang ada pada anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat
dapat mencapai keselamatan dan kebahagiatan yang setinggi- tingginya.
Pemerintah, dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, menyatakan bahwa pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasana, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan Negara.
Jelas sekali bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dari
seseorang atau kelompok untuk mendidik anak didik dengan sebuah proses yang
mempunyai tujuan yang jelas. Dalam mencapai tujuan pendidikan memerlukan proses
yang memakan waktu, media sebagai sarana, serta mempunyai tujuan yang jelas dan
terencana. Tidak pantas kiranya mendidik tanpa tujuan dan program yang jelas. Masyarakat Indonesia
telah mengenal dari dulu tentang pendidikan. Mereka lebih cenderung memandang out
put pendidikan, dan sedikit yang memperhatikan proses pendidikan. Menilai
sebuah lembaga pendidikan baik yang formal, non-formal maupun in-formal dilihat
dari satu sisi saja. Padahal pendidikan yang berkualitas tidak hanya melihat in-put
atau out-put tapi lebih mengutamakan proses di dalamnya. Proses inilah
yang harus menjadi perhatian penyelenggara pendidikan serta pemerintah dan
masyarakat sebagai balancing untuk terciptanya tujuan pendidikan.
3. Fungsi pendidikan
Dari sekian banyak fungsi pendidikan, salah satu yang utama adalah
untuk mengembangkan kemampuan , karakter, kepribadian dan perilakunya agar
beradab, serta bermartabat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara., mematuhi
aturan serta norma dan hukum yang berlaku.
Menurut Hasan Langgulung, pendidikan
Islam ialah pendidikan yang memiliki macam fungsi sebagai berikut:
a.
Menyiapkan generasi muda untuk memegang peranan tertentu
dalam masyarakat pada masa yang akan
datang. Peranan ini berkaitan erat dengan kelanjutan hidup masyarakat
sendiri.
b.
Memindahkan ilmu pengetahuan yang bersangkut dengan peranan
tersebut dari generasi tua kepada generasi muda.
c.
Memindahkan nilai-nilai yang bertujuan memelihara keutuhan
dan kesatuan masyarakat yang menjadi syarat mutlak bagi kelanjutan hidup suatu
masyarakat dan peradaban. Dengan kata lain, tanpa nilai-nilai keutuhan dan
kesatuan suatu masyarakat, maka kelanjutan hidup tersebut tidak akan dapat
terpelihara dengan baik yang akhirnya akan berkesudahan dengan kehancuran
masyarakat itu sendiri.
Menyikapi fungsi pendidikan menurut Hasan Langgulung tersebut diatas, bahwa pendidikan mempunyai tugas penting dalam menyiapkan calon-calon atau generasi baru yang siap mengelola dan berperan aktif dalam mayarakat pada masa yang akan datang, kemudian melangsungkan pengkaderan manusia untukmelanjutkan estafet kehidupan melalui transfer ilmu pengetahuan dari para orang tua ke generasi muda, dan yang tak kalah penting adalah mempertahankan kelangsungan kebudayaan dan peradaban yang harus berkelanjutan dalam kehidupan masyarakat.
Menurut seorang pakar pendidikan Bogardus memberikan fungsi pendidikan melalui dua macam :
a. Pendidikan berfungsi untuk memberantas kebodohan
b. Menghilangkan salah pengertian
Yang dimaksud dengan meberantas kebohohan tersebut adalah, melui proses pendidikan seorang peserta didik akan diberi pelajaran mengenai cara belajar membaca dan menulis kemudian mengembangkan pengetahuan dan kemampuan intelektual. Ketika hal tersebut diatas diperoleh peserta didik, maka akan tercipta hasil budi, yang kemudian menghasilkan tindakan untuk memilihbaik dan buruk serta memahami arti kehidupan baik di dunia maupun di akhirat.
Melalui pendidikan akan menghilangkan kesalah pengertian, yang maksudnya adalah pendidikan akan memberikan pemahaman bahwa selain kebudayaan yang dimiliki dan berada dalam lingkungan satu individu, terdapat kebudayaan lainnya. Jika individu memahami hal tersebut, maka akan mengerti hakikat hidup dalam bermasyarakat yang menghargai dan bersosial.
Bagaimana fungsi pendidikan islam. Dalam hal ini Zakiah Daradjat mengambil tiga macam fungsi agama yaitu memberi bimbingan dalam hidup, menolong dalam menghadapi kesukaran, dan menentramkan batin.
Dalam kehidupan tak lepas dari berbagaimacam masalah, baik berupa masalah ekonomi, social, dan politik. Pendidikan agama berperan penting untuk menuntun manusia kembali kejalan syariat agama, agar tidak keluar jalur keimanan. Ketika masalah dihadapi oleh seseorang yang memiliki pendidikan agama, maka dalam agama terdapat pendidikan-pendidikan yang memberikan solusi terhadap kesukaran yang dihadapi. Dan agama membuat seseorang tentrammenghadapi masalah yang terjadi dengan pengetahuan apa yang sedangdialaminya, apakah masalah yang didapat berupa ujian, atau cobaan, ataukah azab.
Menyikapi fungsi pendidikan menurut Hasan Langgulung tersebut diatas, bahwa pendidikan mempunyai tugas penting dalam menyiapkan calon-calon atau generasi baru yang siap mengelola dan berperan aktif dalam mayarakat pada masa yang akan datang, kemudian melangsungkan pengkaderan manusia untukmelanjutkan estafet kehidupan melalui transfer ilmu pengetahuan dari para orang tua ke generasi muda, dan yang tak kalah penting adalah mempertahankan kelangsungan kebudayaan dan peradaban yang harus berkelanjutan dalam kehidupan masyarakat.
Menurut seorang pakar pendidikan Bogardus memberikan fungsi pendidikan melalui dua macam :
a. Pendidikan berfungsi untuk memberantas kebodohan
b. Menghilangkan salah pengertian
Yang dimaksud dengan meberantas kebohohan tersebut adalah, melui proses pendidikan seorang peserta didik akan diberi pelajaran mengenai cara belajar membaca dan menulis kemudian mengembangkan pengetahuan dan kemampuan intelektual. Ketika hal tersebut diatas diperoleh peserta didik, maka akan tercipta hasil budi, yang kemudian menghasilkan tindakan untuk memilihbaik dan buruk serta memahami arti kehidupan baik di dunia maupun di akhirat.
Melalui pendidikan akan menghilangkan kesalah pengertian, yang maksudnya adalah pendidikan akan memberikan pemahaman bahwa selain kebudayaan yang dimiliki dan berada dalam lingkungan satu individu, terdapat kebudayaan lainnya. Jika individu memahami hal tersebut, maka akan mengerti hakikat hidup dalam bermasyarakat yang menghargai dan bersosial.
Bagaimana fungsi pendidikan islam. Dalam hal ini Zakiah Daradjat mengambil tiga macam fungsi agama yaitu memberi bimbingan dalam hidup, menolong dalam menghadapi kesukaran, dan menentramkan batin.
Dalam kehidupan tak lepas dari berbagaimacam masalah, baik berupa masalah ekonomi, social, dan politik. Pendidikan agama berperan penting untuk menuntun manusia kembali kejalan syariat agama, agar tidak keluar jalur keimanan. Ketika masalah dihadapi oleh seseorang yang memiliki pendidikan agama, maka dalam agama terdapat pendidikan-pendidikan yang memberikan solusi terhadap kesukaran yang dihadapi. Dan agama membuat seseorang tentrammenghadapi masalah yang terjadi dengan pengetahuan apa yang sedangdialaminya, apakah masalah yang didapat berupa ujian, atau cobaan, ataukah azab.
Dalam fungsi Pendidikan
yang lain bahwa, pendidikan turut andil dalam memberikan corak dan arah pada
kehidupan pada masyarakat mendatang. Sesuai penjelasan diatas dengan
pendidikanlah bibit atau penerus masa depan yang di didik dan dibina minat dan
bakat sesuai tempat dan keadaan serta keperluan masa depan. Jika salah dalam mendidik
maka akan tercipta generasi-generasi yang tidak sesuai dengan tujuan pendidikan
yang diharapkan.
4.
Arti
pendidikan
Pendidikan
adalah gerbang menuju kehidupan yang lebih baik dengan memperjuangkan hal-hal
terkecil hingga hal-hal terbesar yang normalnya akan dilewati oleh setiap
manusia. Pendidikan adalah bekal untuk mengejar semua yang ditargetkan oleh
seseorang dalam kehidupannya sehingga tanpa pendidikan, maka logikanya semua
yang diimpikannya akan menjadi sangat sulit untuk dapat diwujudkan.
Faktanya,
memang tidak semua orang yang berpendidikan sukses dalam perjalanan hidupnya,
tetapi jika dilakukan perbandingan maka orang yang berpendidikan tetap jauh
lebih banyak yang bisa mengecap kesuksesan daripada orang yang tidak pernah
mengecap pendidikan, baik pendidikan formal maupun non formal. Pendidikan
adalah alat untuk mengembangkan diri, mental, pola pikir dan juga kualitas diri
seseorang.
Jika
orang yang sudah dibekali ilmu saja terbukti masih ada atau bahkan banyak yang
mengalami kegagalan, lalu bagaimana dengan mereka yang tidak dibekali ilmu sama
sekali? Logikanya sudah pasti mereka akan lebih kesulitan dalam mengembangkan
hal-hal yang diminatinya dengan tujuan untuk mendapatkan level kehidupan yang
lebih baik. Proses hidup membutuhkan teori, dan dengan pendidikan lah teori
tersebut bisa didapatkan.
Jangan
meyakini opini sekelompok orang yang tidak bertanggung jawab. Apa pun
alasannya, setiap orang tetap membutuhkan pendidikan. Meskipun pendidikan tidak
menjamin kesuksesan seseorang, namun pendidikan akan membekali anda kualitas
diri yang lebih baik sehingga anda akan lebih berpeluang untuk mendapatkan apa
yang anda cita-citakan. Pendidikan merupakan alat terpenting untuk
merealisasikan semua impian anda.Pendidikan adalah prioritas untuk menjuju kearah
yang lebih baik, dan masa depan yang lebih layak buat Anda.
5. Pendidikan sebagai ilmu
Pendidikan adalah
fenomena yang fundamental atau asasi dalam kehidupan manusia. Kita dapat
mengatakan, bahwa di mana ada kehidupan manusia, bagaimanapun juga di situ
pasti ada pendidikan (Driyarkara, 1980: 32). Pendidikan sebagai gejala yang
universal, merupakan suatu keharusan bagi manusia, karena disamping pendidikan
sebagai gejala sekaligus juga sebagai upaya memanusiakan manusia itu sendiri.
Dengan penrkembangan kebudayaan manusia, timbullah tuntutan akan adanya
pendidikan yang terselenggara lebih baik, lebih teratur dan didasarkan atas
pemikiran yang matang. Manusia ingin lebih mempertanggungjawabkan caranya dia
mendidik generasi penerusnya agar lebih berhasil dalam melaksanakan hidupnya,
dalam pertemuan dan pergaulannya dengan sesama dan dunia serta dalam
hubungannya dengan Tuhan. Di sinilah muncul keharusan pemikiran teoritis
tentang pendidikan.
Satu hal yang menjadi
jelas dari apa yang disebut pendidikan adalah upaya sadar untuk mengembangkan
potensi-potensi yang dimiliki manusia. Pengertian demikian, menurut Soedomo
(1990: 30), selalu dipegang oleh kalangan pendidikan. Dengan pernyataan lain
kalangan pendidikan mencermati pendidikan, disamping sebagai gejala, juga
sebagai upaya. Pada gilirannya, pandangan bahwa pendidikan sebagai gejala
sekaligus upaya ini melahirkan teori-teori pendidikan (theories of education).
George F. Kneller
(1971: 231), secara jelas memberi arti tentang teori pendidikan. Menurutnya,
kata teori menpunyai dua makna sentral. Di satu pihak teori dapat menunjuk
suatu hipotesis atau serangkaian hipotesis yang telah diverifikasi dengan
observasi atau eksperimen, sebagaimana dalam kasus teori gravitasi. Sebagaimana
memandang teori dalam artian ini, teori-teori pendidikan menunggu pengembangan.
Di lain pihak teori dapat juga merupakan sinonim umum untuk pemikiran
sistematik atau serangkaian pemikiran-pemikiran sistematik atau serangkaian
pemikiran-pemikiran yang koheren. Sebagaimana memandang teori dalam artian ini,
pendidikan benar-benar telah menghasilkan teori yang banyak sekali.
Teori pendidikan
menurut Ernest E. Bayles, adalah berkenaan tidak hanya dengan apa yang ada,
tetapi bahkan banyak juga dengan apa yang harus ada. Sebagai teori yang dikembangkan
secara sadar dalam kaitannya dengan upaya pendidikan, maka teori pendidikan
memiliki keunikan tersendiri apabila dibandingkan dengan teori penjelas (explanatory
theory) yang memandang pendidikan semata-mata sebagai gejala atau sebagai
fenomena atau sebagai fakta. Karena keterkaitan antara kegiatan berteori dan
kegiatan upaya pendidikan, maka teori pendidikan dapat dikategorikan terutama
sebagai teori praktis (practical theory). P. H. Hirst tetap berpendapat
bahwa fungsi utama dan teori pendidikan adalah untuk membimbing praktek
pendidikan (to guide educational practice). (More, 1974: 58). Teori
pendidikan mempunyai aspek ilmiah dan aspek preskriptif (normatif).
Teori-teori pendidikan
diharapkan merupakan unsur-unsur bangunan pengetahuan (a body of knowledge)
ilmu pendidikan (Soedomo, 3 1-33). Selanjutnya yang menjadi pertanyaan yaitu,
apakah yang dimaksud dengan ilmu pendidikan itu? Berikut ini akan dikemukan
pandangan sejumlah ahli tentang apa yang dimaksud dengan ilmu pendidikan.
Menurut M.J. Langeveld
(1995), paedagogiek (ilmu mendidik atau ilmu pendidikan) adalah suatu ilmu yang
bukan saja menelaah objeknya untuk mengetahui betapa keadaan atau hakiki objek
itu, melainkan mempelajari pula betapa hendaknya bertindak.
Menurut S.
Brodjonagoro (1966: 35), ilmu pendidikan atau paedagogiek adalah teori
pendidikan, perenungan tentang pendidikan. Dalam arti luas paedagogiek adalah
ilmu pengetahuan yang mempelajari soal-soal yang timbul dalam praktek
pendidikan.
Menurut Driyarkara
(1980: 66-67), ilmu pendidikan adalah pemikiran ilmiah (pemikiran yang bersifat
kritis, metodis dan sistematis) tentang realitas yang kita sebut pendidikan
(mendidik dan didik). Kritis berarti bahwa orang tidak menerima saja apa yang
ditangkap atau muncul dalam benaknya, tetapi semua pernyataan, semua afirmasi
harus mempunyai dasar yang kuat. Orang yang bersikap kritis, ingin mengerti
betul-betul (tidak hanya membeo), ingin mengalami sesuatu dengan seluk-beluknya
dan dasar-dasarnya.
Metodis berarti bahwa
dalam proses berpikir dan menyelidiki orang menggunakan suatu cara tertentu.
Sistematis berarti bahwa pemikir ilmiah itu dalam prosesnya dijiwai oleh suatu
ide yang menyeluruh dan menyatukan, sehingga pikiran-pikiran dan
pendapat-pendapat tidak tanpa hubungan, melainkan merupakan kesatuan.
Dan uraian-uraian di
atas dapat disimpulkan bahwa:
1.
Ilmu pendidikan adalah
ilmu yang menelaah fenomena pendidikan dan semua fenomena yang ada hubungan
dengan pendidikan dan dalam perspektif yang luas dan integratif.
2.
Fenomena pendidikan
dan semua fenomena yang ada hubungannya dengan pendidikan ini bukan hanya
merupakan gejala yang melekat pada manusia (gejala yang universal), dalam
perspektif yang luas, melainkan juga sekaligus merupakan upaya untuk
memanusiakan manusia agar menjadi sebenar-benarnya manusia (insan), yang hal
ini secara integratif diperlukan penggunaan berbagai kajian tentang pendidikan
(kajian historis, filosofis, psikologis, dan sosiologis tentang pendidikan).
3.
Upaya pendidikan
mencakup keseluruhan aktivitas pendidikan (mendidik dan dididik) dan pemikiran
yang sistematik tentang pendidikan.
Secara historis Johan
Friederick Hebart sering disebut sebagai bapak ilmu pendidikan modern dan bapak
psikologi modern (Gruber, 1973: 142). Berangsur-angsur ilmu pendidikan
berkembang sampai tumbuh menjadi ilmu yang berdiri sendiri yang mengkaji
hakikat, persoalan bentuk-bentuk dan syarat-syarat dari pendidikan. Tetapi yang
betul-betul berdiri sendiri ilmu pendidikan terjadi pada akhir abad ke-19
(-1895) sampai sepertiga permulaan abad ke-20 (± 1933) oleh gerakan Autonomi
paedagogiek yang berlangsung di Eropa dan Amerika.
Ilmu pendidikan dalam
bentuknya yang lebih sistematik termasuk ilmu yang sangat muda. Ilmu pendidikan
lahir dan berkembang jauh lebih belakang dari pada praktik upaya pendidikan. Dapat
dikatakan bahwa ilmu pendidikan masih membentuk dirinya atau dalam keadaan
sedang berkembang. Di samping itu, ilmu pendidikan harus berpacu dengan
masalah-masalah praktis yang mendesak yang memang sama sekali tidak dapat
diabaikan.
Persyaratan Pendidikan
Sebagai Ilmu
Suatu kawasan studi
dapat tampil atau menampilkan diri sebagai suatu disiplin ilmu,
bila dipenuhi setidak-tidaknya tiga syarat, yaitu:
1.
memiliki objek studi
(objek material dan objek formal).
2.
memiliki sistematika.
3.
memiliki metode.
Yang menjadi objek
material ilmu pendidikan adalah perilaku manusia. Apabila kita pelajari
perilaku manusia sebagai makhluk yang hidup di dalam masyarakat maka perilaku
itu disamping dapat dilihat, segi ilmu pendidikan juga dapat dilihat dan
segi-segi yang lain seperti psikologis, sosiologis, antropologis. Yang
membedakan suatu ilmu dengan ilmu lainnya adalah objeknya. Apabila kebetulan
objek materialnya sama, maka yang membedakan satu ilmu dengan ilmu lainnya
adalah objek formalnya. Objek formal adalah objek material yang disoroti oleh
suatu ilmu, atau sudut pandang tertentu yang menentukan macam ilmu.
Berikut ini akan
dibahas tentang syarat kedua disiplin ilmu, yaitu memiliki sistematika. Secara
teoritik sistematika ilmu pendidikan dapat dibedakan menjadi tida segi
tinjauan, yaitu: (1) melihat pendidikan sebagai gejala manusiawi, (2) dengan
melihat pendidikan sebagai upaya sadar dan (3) dengan melihat pendidikan
sebagai gejala manusiawi, sekaligus upaya sadar dengan mengantisipasi
perkembangan sosio-budaya di masa depan. Selanjutnya syarat ketiga bagi
disiplin ilmu, yaitu memilik metode. Dalam arti kata yang sesungguhnya, maka
metode (Yunani: methodos) adalah cara atau jalan. Sehubungan dengan upaya
ilmiah, maka dapat memahami dan mengembangkan ilmu yang bersangkutan.
Metode-metode yang dapat dipakai untuk ilmu pendidikan sebagai berikut
(Soedomo, 1990: 46-47; Mub, Said, 1989):
a.
Metode Normatif
Metode normatif
berkenaan dengan konsep manusia yang diidealkan yang ingin dicapai oleh
pendidikan. Metode ini juga menjawab pertanyaan yang berkenaan dengan masalah
nilai baik dan nilai buruk.
b.
Metode Eksplanatori
Metode eksplanatori
bersangkut paut dengan pertanyaan tentang kondisi dan kekuatan apa yang membuat
suatu proses pendidikan berhasil. Dalam hal ilmu pendidikan mendapatkan bantuan
dari berbagai teori tentang pendidikan yang boleh jadi dihasilkan oleh
ilmu-ilmu lain.
c.
Metode Teknologis
Metode teknologis ini
mempunyai fungsi untuk mengungkapkan bagaimana melakukannya dalam menuju
keberhasilan pencapaian tujuan-tujuan yang diinginkan.
d.
Metode Deskriptif –
Fenomenologis
Metode ini mencoba
menguraikan kenyataan-kenyataan pendidikan dan kemudian mengklasifikasikan
sehingga ditemukan yang hakiki.
e.
Metode Hermeneutis
Metode ini untuk
memahami kenyataan pendidikan yang kongkrit dan historis untuk menjelaskan
makna dan struktur dari kegiatan pendidikan.
f.
Metode Analisi Kritis
(Filosofis)
Metode ini menganalisa
secara kritis tentang istilah-istilah, pernyataan-pernyataan, konsep-konsep dan
teori-teori yang ada atau digunakan dalam pendidikan. Syarat lain bagi disiplin
ilmu pendidikan adalah memiliki evidensi empiris. Ini sesuai dengan sifat ilmu
pendidikan, yaitu teoritis dan praktis.
Sifat-Sifat Ilmu Pendidikan
Pendidikan sebagai
ilmu (ilmu pendidikan) bersifat empiris, rohaniah, normatif, historis,
teoritis, dan praktis (Soetjipto Wirowidjojo, 1986: 8-9; 30-31, Sutani
Barnadib, 1984: 15-19). Ilmu pendidikan bersifat empiris, karena objeknya
(fenomena atau situasi pendidikan) dijumpai dalam dunia pengalaman. Ilmu
pendidikan bersifat rokhaniah, karena situasi pendidikan berdasar atas tujuan
manusia tidak membiarkan peserta didik kepada keadaan alamnya, melainkan
memandangnya sebagai makhluk susila dan ingin membawanya kearah manusia susila
yang berbudaya.
Ilmu pendidikan
bersifat normatif, karena berdasar atas pemilihan antara yang baik dan yang
tidak baik untuk peserta didik pada khususnya dan manusia pada umumnya. Oleh
karena itu, seperti dinyatakan oleh Noeng Muhadjir (1987: 3-4), sebagai ilmu
yang normatif, ilmu pendidikan tak ingin sekedar mendeskripsikan atau
menjelaskan, melainkan ingin memberitahukan perlunya mencapai suatu cita ideal.
Ilmu pendidikan
bersifat historis, karena memberikan uraian teoritis tentang sistem-sistem
pendidikan sepanjang jaman dengan mengingat latar belakang kebudayaan dan
filsafat yang berpengaruh pada jaman-jaman tertentu. Ilmu pendidikan bersifat
teoritis, karena memberikan pemikiran yang tersusun secara teratur dan logis
(sistematis) tentang masalah-masalah dan ketentuan-ketentuan pendidikan yang langsung
ditujukan kepada perbuatan yang mendidik.
Pengembangan Pendidikan
Secara hierarkis ilmu
pendidikan memiliki dasar yang sekaligus sebagai sumbernya, yakni filsafat
pendidikan. Filsafat pendidikan dan ilmu pendidikan, oleh Brubacher (1962: 18)
dipandang sebagai “complementary disciplines”. Namun dalam pengembangan
ilmu pendidikan (science of education or philosophical theory of education),
juga dapat diperkaya dengan mengkaji fondasi-fondasi pendidikan (practical
theories of education). Fondasi-fondasi pendidikan adalah studi tentang
fakta-fakta dan prinsip-prinsip dasar yang melandasi pencarian
kebijakan-kebijakan dan praktik-praktik pendidikan yang berharga dan efektif.
Prinsip-prinsip ini adalah dasar untuk dibangunnya rumah pendidikan. Jika dasar
itu adalah subtansial, sandaran, dan struktur itu kemungkinan akan kuat, dan
sebaliknya (Standard W. Reitman, 1977: 10).
Suatu pemahaman
tentang fondasi-fondasi pendidikan akan membantu seorang pendidik prospektif
untuk berfikir secara lebih jernih tentang mana yang esensial tentang pekerjaan
yang ia akan terlibat sebagai seorang guru. Ini akan membantunya untuk membuat
keputusan-keputusan yang dapat diambil tentang bagaimana mengorganisasikan
energinya untuk menciptakan situasi-situasi belajar yang optimal dan masih
banyak lagi.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Ilmu pendidikan adalah
ilmu yang menelaah fenomena pendidikan dan semua fenomena yang ada hubungannya
dengan pendidikan dalam perspektif yang luas dan integratif. Ilmu pendidikan
bentuknya yang lebih sistematis termasuk ilmu yang sangat muda atau masih
membentuk dirinya, untuk lebih memperkokoh persyaratan yang dimilikinya sebagai
ilmu yang berdiri sendiri, atau dengan kata lain Ilmu pendidikan adalah suatu
kumpulan pengetahuan atau konsep yang tersusun secara sistematis dan mempunyai
metode-metode tertentu yang bersifat ilmiah yang menyelidiki, merenungkan
tentang gejala-gejala perbuatan mendidik atau suatu proses bantuan yang
diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai
kedewasaannya dalam rangka mempersiapkan dirinya untuk kehidupan yang bermakna.
Nice
BalasHapusthanks
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusOnline Casino: Play with Bitcoin or Real Money at the Kambi
BalasHapusKambi Casino 바카라 사이트 is a casino also offering live dealer games and a wide selection choegocasino of online slot games. The 온카지노 gaming platform is also known for its